Mohon tunggu...
Kahlil Ahmad Gibran
Kahlil Ahmad Gibran Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Filsafat yang suka Sambat

Doyan rebahan, tidur sama makan kol goreng.

Selanjutnya

Tutup

Love

Manusia dan Kesedihan: Analisis Terhadap Perasaan Penulis

25 Mei 2024   22:15 Diperbarui: 25 Mei 2024   22:28 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Tulisan ini dibuat untuk sarana menerima kesedihan dan macam penderitaan lainnya.

Perasaan dan hal lainnya merupakan suatu esensial yang niscaya dalam diri manusia, selain enzim-enzim dalam otak yang menghasilkan suatu sensasi, ada pula "hati" yang memicu hasrat dan perasaan, khususnya terhadap sosok manusia lain. Beberapa hari terakhir, penulis mengalami kejadian yang menyebabkan kesedihan mendalam, bisa dikategorikan sebagai penderitaan, mungkin. Pada tahap tersebut, penulis berusaha lari dari kesedihan itu, menghapus apapun yang memicu kesedihan, hingga malam ini penulis membaca suatu buku, yang menyadarkan bahwa kesedihan itu adalah esensi manusia itu sendiri.

Manusia konstan merasakan penderitaan, itu merupakan esensi dari manusia itu tersebut, berabad-abad filsuf menyatakan hal yang sama. Miguel de Unamuno dalam bukunya, menyebutkan bahwa kesadaran manusia selalu berkaitan dengan kesadaran akan penderitaan, hal ini yang mendefinisikan keberadaan manusia. Unamuno menyebutkan bahwa penderitaan harus diterima, jadikan sebagai kawan lama, menolaknya justru menolak keberadaan dan kesadaran manusia. Unamuno bilang bahwa ada dua pilihan mengenai hal ini: kita bisa mencari kebahagiaan dengan lari dari penderitaan, yang membatasi diri dari sifat sejati, atau menerima penderitaan, dimana kita bisa mendapat hidup yang lebih dalam dan bermakna, dan malam ini, penulis menerima itu, penulis ingin mencari makna dan hidup lebih dalam.

Mencari makna juga dilandasi dengan cinta, masih dengan Unamuno, menerima penderitaan membuat kita mampu mencintai lebih dalam manusia lain yang menderita, dan mencintai juga membuat kita mampu mencari makna lebih luas, seperti yang dikatakan oleh Max Scheler bahwa manusia bukanlah makhluk yang ada karena berpikir, tapi manusia adalah makhluk yang ada karena mencinta. Sedikit bumbu tambahan yang penulis kutip dari Benjamin Walter, bahwa untuk mencintai secara asli dan sungguh-sungguh adalah mencintai tanpa harapan, cinta karena cinta.

Terimalah penderitaan, jadikan itu sebagai cara memaknai hidup, dengan hal itu mungkin kalian bisa mencinta dengan lebih sungguh-sungguh dan asli. Tabik!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun