Aku penyuka kerlip lampu kendara berkeliaran, di mana aku menemukan utuh tubuhmu yang terhenti. Kau menatap gelisah pada jendela bis kota, risaukan tujuan juga perjalanan.
Aku tancapkan janji pada debu-debu jembatan, dengan rapal mantra perdukunan malam, dari remang terabaikan, bayangku mengawal nyatamu.
Aku semat dari angin yang menisik rentang jalan kembali juga pergi, di mana aspal trotoar bercinta di sepi rima kata rimba orang kota, menjadikan asmara kita tergilas roda-roda.
Percayalah kelak kita menunggui sebuah terminal, bertemu seribu penjuru ragu, di sana biarkan aku menggubah arah.
Rawamangun, 7 Juli 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!