Ia setia menunggu kapanpun si Tuan berkehendak rebah di celah gelap lorong dekil itusebelum lelatu itu terlampau jatuh, terlampau jauh
dan menemukan sebuah kesepian yang utuh.
tetapi di punggung cokelatmu kata orang,semua yang duduk akan pernah menunggu      dan menuliskan
namanya masing masing di buku tamu.
kami mengeja masing masing mata yang asing  yang
bersembunyi di sebalik lubang kancing baju.
yang lima menit kemudian kami biarkan menjadi kubur batu.
tetapi di punggung cokelatmu kata orang,
masing masing wajah tua yang pernah kami lukis di gerbong kereta,
akan berhenti di stasiun ini. mencopoti aksara aksara yang pernah
menyesaki halaman demi halaman buku tamu itu,
dan di ninabobokan oleh punggungmu.
January 12, 2012 at 11:43pm ·
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H