Mohon tunggu...
Kahfi
Kahfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat wacana sosial, politik, agama, pendidikan, dan budaya

Manusia bebas yang terus belajar dalam kondisi apapun, Jangan biarkan budaya menjiplak ditengah ekonomi yang retak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahasiswa Jadilah Koboi Era Digital

19 Agustus 2021   01:45 Diperbarui: 19 Agustus 2021   01:48 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah beberapa tahun ini kita merasakan mahasiswa disibukkan dengan aktifitasnya berjibaku dengan tugas perkuliahan akan sebuah harapan mendapatkan nilai tinggi saat pengumuman IPK keluar. 

Bahkan jauh dari itu, banyak pula yang senantiasa orientasi belajar diperguruan tinggi sebatas mendapatkan gelar sarjana, kemudian menggunakan ijazah tersebut untuk melamar pekerjaan, dan ada pula yang berharap dengan gelar tersebut dapat mengangkat strata sosial keluarga.

Sementara bila ini diteruskan, maka cita-cita luhur yang terkandung dalam amanat UUD 45 tentang pendidikan akan terus terendap dengan segala problematika sosial yang kian kompleks terjadi di negara ini. 

Oleh karena itu, sudah saatnya mahasiswa terpanggil kembali jiwa dan raganya untuk melakukan perubahan-perubahan dalam segala aspek kehidupan dengan bekal keilmuan yang dimiliki.

Impian Kita

Melakukan perubahan dewasa ini tentu tidak bisa dilakukan hanya dengan segelintir kelompok yang berlabelkan "Mahasiswa"?. Karena impian-impian yang muncul disebabkan pergeseran perjuangan yang dilakukan aktor-aktor intelektual dimasa lampau. 

Sehingga menuntut kita untuk mencari tahu kondisi yang terjadi pada saat itu, kemudian memberikan solusi agar tidak terjadi masa kini dan esok nanti.

Pertama, kondisi politik Indonesia yang belum matang sebagai sebuah negara,ditandai dengan perselisihan yang terus muncul ditingkat elit disebabkan perebutan kekuasaan dengan mengorbankan masyarakat banyak. 

Kedua, dunia intelektual masih menjadi suatu yang langka untuk dikonsumsi oleh warga Negara Indonesia yang katanya sudah merdeka dari penjajah, itu dibuktikan pada era 50-an sampai dengan "98 masih banyak masyarakat yang buta huruf. 

Ketiga, sila ke-3 "persatuan Indonesia" dan sila ke-5 "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" dalam pancasila hanya menjadi slogan dan hafalan semata tanpa diresapi dan diimplementasikan dalam wujud nyata saat bergaul dimasyarakat.

Keempat, kaum teknokrat yang meninggalkan posnya guna melakukan perubahan dari dalam pemerintahan ternyata tidak berjalan mulus karena dihadapkan dengan pemerintahan yang korup dan mementingkan kesejahteraan pejabat-pejabat saja tanpa peduli apa yang dirasakan oleh rakyat.

Empat hal tersebut, hemat penulis merupakan point penting dalam mewujudkan Indonesia yang berkarakter, adil, dan sejahtera. Namun, itu sudah terjadi dimasa lampau, maka itu adalah impian panjang yang telah mengakar bagi bangsa ini.

Bangun Jiwa Kritis

Setelah menjalani tidur yang amat panjang seyogyanya kaum intelektual sudah terbangun untuk kembali menjalankan tugas, pokok, fungsi sebagai mahasiswa. Sudah 2 dasarwarsa sejak rezim orba tumbang, problem sosial bangsa ini tak kunjung usai. 

Dimana rakyat masih selalu menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh oknum-oknum pemerintah yang mengejar kekayaan semata. Benar adanya bahwa waktu, tempat, dan pelaku boleh saja berubah tetapi masalahnya masih tetaplah sama.

Untuk itu, mahasiswa yang masih memiliki jiwa idealisme sudah saatnya kembali turun, yang mana mahasiswa layaknya seperti koboi sebagaimana yang disiarkan oleh Radio Ampera (red;gabungan mahasiswa bandung-jakarta). Gie, dalam tulisannya mengutip apa yang disiarkan Radio Ampera.

"perjuangan mahasiswa seperti perjuangan koboi. Seorang koboi datang ke sebuah kota dari horizon yang jauh. Dikota ini sedang merajalela perampokan, perkosaan, dan ketidakadilan. Koboi ini menantang sang bandit berduel, dan ia menang. Setelah bandit mati, penduduk kota yang ingin berterima kasih mencari sang koboi,tetapi ia telah pergi ke horizon yang jauh. Ia tidak ingin pangkat dan sanjungan. Ia akan datang lagi kalau ada bandit-bandit lain yang berkuasa." (Soe Hok Gie;Zaman Peralihan).

Maka senantiasa perjuangan mahasiswa didasari dengan keterpanggilan dan kesadaran akan tanggung jawab yang di emban, bukan didasari embel-embel materi ataupun penghargaan yang akan diterima. Walaupun demikian, penulis tidak dapat menjamin bahwa perjuangan mahasiswa saat ini bisa benar-benar terbebas dari embel-embel materi dan penghargaan. Terlebih tantangan dan hambatan yang dirasakan jauh lebih berat dari zaman sebelumnya. Akhirnya selamat bergerak dan berjuang bagi kaum intelektual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun