Apakah nilai - nilai kehidupan telah luntur ?
Sewaktu saya masih bersekolah di Sekolah Dasar, Saya masih teringat ketika guru saya menerangkan pelajaran PMP ( sekarang Kewarganegaraan ) bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah, bangsa yang baik, bangsa yang berbudi pekerti luhur, bangsa yang religius yang berarti percaya adanya Tuhan dan tekun menjalankan ajaran agamanya dengan sungguh - sungguh. Namun dijaman sekarang, jika kita melihat sajian berita di televisi dan koran. Tiap hari senantiasa ada saja berita kriminalitas, entah itu pencurian, perampokan, pemerkosaan, korupsi, dan sebagainya.Terasa sekali bahwa nilai - nilai tersebut telah luntur.
Lunturnya nilai - nilai di dalam kehidupan dapat terjadi dikarenakan :
a. Kurang mendalamnya pendidikan moral.
Tuntutan kebutuhan ekonomi di dalam kehidupan keluarga mengakibatkan banyak kedua orang tua yang bekerja, berangkat pagi dan pulang sore bahkan sampai malam hari, sementara itu pemberian didikan moral untuk menanamkan nilai - nilai yang baik cukup di serahkan pada sekolah. Anak berada di sekolah lebih kurang sampai dengan enam jam untuk sekolah tingkat menengah, jam selanjutnya tidak tahu ke mana, entah anak tersebut dolan, atau ke mana ? yang jelas tidak ada monitoring dari orang tua.Jika anak tersebut bergaul dengan lingkungan yang baik maka akan berdampak baik, jika ternyata bergaul di lingkungan yang tidak baik, apa jadinya ?                       Terkadang pendidikan di dalam keluarga hanya dipercayakan pada pembantu rumah tangga. Pembantu rumah tangga tidak jelek, hanya saja waktu dan perhatiaannya lebih tercurah ke pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Pendidikan moral agar anak - anak memiliki nilai - nilai yang baik dasarnya ada di dalam keluarga. Sesibuk apa pun selaku orang tua tidak boleh melupakan peran dan tanggung jawabnya.
b. Kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi yang semakin berkembang dengan pesat menjadikan nilai - nilai yang ada terkena imbasnya, orang lebih begitu perhatian dan mengutamakan benda yang berteknologi untuk kepentingan pribadinya tanpa memperhatikan lingkungan yang ada di sekitarnya. Pernah suatu saat ketika saya berada di dalam gereja, saat beribadah tiba - tiba terdengah nada dering handphone, secara reflek semua jemaat menoleh mencari mencari sumber dari suara tersebut. Kita tahu bahwa di dalam suasana ibadah akan lebih baik jika handphone dalam kondisi off, agar ibadah terasa khusuk dan fokus hanya pada Tuhan.Kita jangan mencuri kemuliaan Tuhan, semestinya mereka terkonsentrasi pada ibadah, tetapi tercuri perhatiannya pada diri kita. Kita bukannya anti teknologi, tetapi kita bisa menempatkan diri di dalam penggunaannya.
c. Kuatnya pengaruh budaya.
Budaya asing yang melanda di Indonesia sudah tidak terbendung lagi. Perilaku yang biasa dilakukan di negeri barat diterapkan di negeri kita. Tentunya terjadi benturan dengan budaya ketimuran yang menjunjung tinggi nilai - nilai. Sebagai contoh misalnya Perkembangan mode dalam berbusana. Berbusana dengan bahan yang minimalis atau you can see justru menjadi mode disaat ini. T-shirt dengan model tang top, celana jeans hipster ( turun pinggang ) sudah menjadi model yang biasa kita lihat. Dahulu orang akan merasa risih walau sekedar melihat, akan tetapi di era sekarang orang akan merasa ketinggalan jaman jika tidak mengenakan busana tersebut.
Apa yang harus kita lakukan ?
Kita mesti menegakkan kembali nilai - nilai tersebut, jangan hanyut, melainkan harus bertahan. Peranan kita entah sebagai orang tua, sebagai guru, atau sebagai siapapun mari kita memberikan didikan yang baik pada anak - anak kita. "Apa yang kita tabur, itulah yang akan  kita tuai", menabur didikan yang baik , kelak kita akan menuai pribadi pribadi yang bernilai baik dan berkenan dihadapan Tuhan.