Harusnya kedua angkatan tadi bisa menjadi panutan kita. Panutan dalam hal pergerakan dan pengabdian pada masyarakat. Karena pada dasarnya ketika mengabdi kita juga harus bergerak, bukan malah menggelar acara hura-hura, pesta-pesta, yang melambangkan ke-apatis-an mahasiswa. Mahasiswa pasca reformasi sudah terlalu lama dininabobokan oleh penguasa, sehingga kehilangan daya kritisnya dalam mengkritik tajam penguasa. Mahasiswa sudah tak peduli lagi politik di pemerintahan, sehingga sudah tak tau lagi mana musuh bersama. Sehingga karena mungkin gabut,mereka gelar kepanitiaan yang memakan waktu lama dan hanya menghasilkan produk hura-hura.
Sebenarnya sebuah kepanitiaan yang ditugasi membuat acara yang bagus dan tak melupakan konsep Tridharma PT adalah sebuah hal yang mulia. Anda harus bayangkan, bagaimana panitia meluangkan waktu siang-malam bahkan hingga bolos kelas hanya untuk mendukung sebuah rangkaian acara.
Namun tetap acara yang ingin digelar haruslah sejalan dengan fungsi mahasiswa sebagai pengabdi. Janganlah ia menjadi ajang untuk hura-hura yang tak bermanfaat. Janganlah ia juga mengkhianati visi pengabdian masyarakat. Tugas si pengkonsep acaralah yang kemudian dapat merangkul ketiga visi tadi sehingga tak melupakan fungsi mahasiswa. Tugas si pengkonsep acara pulalah supaya menghilangkan citra elitis dan hedonis dari sebuah acara serta menyusupkan nilai-nilai pergerakan dan kerakyatan dalam acara tersebut.
Kita sebagai mahasiswa, sudah terlalu lama di-nina-bobokan oleh penguasa. Sehingga kita lupa pada musuh utama kita. Sehingga kita pun lupa fungsi kita sebagai seorang akademisi. Sehingga pula kita lupa terhadap visis misi yang diemban. Jangan sampai daya kritis kita terhadap penguasa berkurang. Jangan sampai seorang mahasiswa manapun bertindak apatis. Jangan sampai mahasiswa tak mengerti perpolitikan di atas sana sehingga dengan mudah di-nina-bobokan penguasa.
Ah, namun semua omong kosong. Pada akhirnya, mahasiswa juga mengikuti saja arus itu. Arus-arus yang diciptakan kaum borjuis, kaum fasis, dan kaum-kaum penjilatnya. Palingan,mahasiswa juga ikut-ikutan menjilat ludah mereka-mereka itu. Pantas saja, setelah lulus banyak mahasiswa yang lupa akan pengabdian masyarakat, eh malah mengabdi pada korporat. Cuma punya mental kacung, mental kerja-kerja-kerja, dan mental EO yang jago managing-nya. Ah, kok jadi terlalu pesimis ya????
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H