Beberapa minggu yang lalu saat musim haji, sebuah tragedy muncul dan terulang kembali. Ya, tragedy Mina jilid 2. Menurut berita dari Kerajaan Saudi yang kemudian dirilis setelah beberapa hari tragedy tersebut terjadi mengatakan sekitar 700-an jiwa syahid ditanah suci saat tragedy tersebut terjadi. Alasan paling kuat adalah jamaah haji tersebut terinjak-injak. Seluruh warga yang keluarganya disana pun panik dan khawatir.
Lalu kemudian semua negara saling tuduh-menuduh, ironis memang. Berbagai isu dihembuskan ke media. Banyak isu mulai dari sang Pangeran Saudi yang menutup jalan sehingga mengakibatkan penumpukan jamaah sampai dengan menyalahkanjamaah haji asal Iran yang merusuh dan menginjak-injak jamaah haji lainnya. Pemerintah Iran dan Saudi saling menyalahkan atas kejadian ini. Kita tarik keismpulan dari Saudi dan Iran. Kedua Negara Islam yang sama-sama menganut sistem hukum syariah dari dulu memang sudah saling bertentangan. Tidak salah lagi jika Anda memikirkan tentang Sunni (Saudi) dan Syiah (Iran). Selau berperang, selalu melaknat satu sama lain, selalu mengkafirkan satu sama lain dan tidak pernah akur, padahal keduanya menyembaha dan mengakui Tuhan dan Nabi yang sama.
Kalau kita lihat sekarang antara Sunni dan syiah, dimana konflik Timur Tengah sekarang ini berlandaskan kedua aliran tersebut. Lalu kita lihat ISIS (Sunni)- bentukan AS di Syria membantai habis seluruh manusia yang ada hanya karena tidak sepaham  dengan mereka dan di Syria juga Rezem bengis Assad (Syiah)-didukung koalisi Iran Dan Rusia membantai warganya yang mungkin juga tak sepaham dengannya. Lalu kita lihat juga di Yaman bagaimana koalisi Arab yang dipimpin Saudi menghancurleburkan Negara Yaman hanya untuk melawan kelompok teroris separatis Houthi (Syiah) yang katanya dibantu oleh Iran dan Rusia. Kebengisan kelompok-kelompok inilah yang menjelekkan nama Islam dan nama Arab itu sendiri. Bangsa yang selalu tak pernah akur, bangsa yang gampang dipecah belah dan diadu domba, dan juga bangsa yang anarkis.
Saya punya satu pertanyaan, apakah Sunni dan Syiah bisa bersatu tanpa melaknat satu sama lain, mengkafirkan satu sama lain, dan saling memusuhi satu sama lain ? jawabannya adalah mengapa tidak. Sunni dan Syiah mengakui Tuhan yang sama dan Nabi yang sama yaitu Allah SWT dan Muhammad SAW. Saya tidak percaya Syiah menabikan Ali RA bahkan menuhankan Ali Ra. Saya juga meyakini Sunni tidak menabikan 4 sahabat nabi yang di isukan kelompok Syiah. Perbedaan sunni dan Syiah hanya pengakuan atas sahabat nabi dan tidak lebih dari pada itu. Tetapi yang namanya Arab, bukan maksud menjustifikasi, memang dari jaman Nabi Muhammad selalu terpecah belah dan menjadikan perang sebagai problem solving. Ini yang dipelajari bangsa Barat untuk menjajah dan memecah belah Arab.
Arab, tanah ironi, bagaimana kemudian kita lihat gampangnya bangsa ini dipecah belah oleh nama Syiah dan Sunni oleh barat yang menyusup masuk melalui konspirasi-konspirasinya dan melalui propaganda-propagandanya. Dibalik Syiah dan Sunni, dibalik Saudi dan Iran, dibalik perpecahan bangsa arab ini, ada 2 negara bajingan yang menyebut negri mereka negri adikuasa dunia yang sibuk berkonspirasi ria. AS dan Rusia, kedua negri warga kulit putih ini menjadi pelaku pengrusakan dunia yang harusnya dipidanakan dan kemudian dituntut oleh para hakim internasional. Mereka berdua telah membutakan dunia mengenai siapa benar dana siapa salah. Mengajak para pemimpin Negara lain untuk memerangi Negara lain. Kita bisa lihat disetiap konflik antar dua negri pasti mereka terlibat, merekalah dalangnya.
Arab, semoga negri ini, bangsa ini, berubah. Jangan sampai AS dan Rusia melanjutkan hegemoni mereka sebagai penguasa dan membuat negri Arab menjadi Negri tirani. Jangan kita biarkan sang adikuasa benar-benar menjadi sang adikuasa yang memimpin dunia ini. Jika benar, maka implikasinya akan jatuh ke kita juga-Indonesia. Ini akan menjadi efek domino. Indonesia pun akan jadi negri yang kacau juga seperti arab. Kita doakan agar Tuhan menyelamatkan negri Arab dan seluruh dunia agar tidak dikuasai oleh sang troublemaker dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H