Mohon tunggu...
Kaha Anwar
Kaha Anwar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengajar, Petani, dan Tukang Ngarit

Pengajar dan Tukang Ngarit

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saat Setan Mengajukan Pledoi

24 Juli 2012   11:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:41 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1343130181802282882

[caption id="attachment_202374" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber Gambar: Dokumentasi Kaha Anwar"][/caption]

Setiap kali mendengar kata setan bayangan kita pasti tertuju ke makhluk yang jelek, mempunyai tanduk, ekor berapi, penggoda manusia, penjerumus ke jalan kesesatan. Bahkan, tidak tanggung-tanggung, jika manusia khilaf atau melakukan dosa biasanya langsung setan yang menjadi kambing hitam. Menjadi setan sepertinya harus lebih bersabar dibandingkan dengan menjadi malaikat atau manusia sekalipun, sebab malaikat lebih sering dipuja dibandingkan dicela manusia.

Penderitaan setan tidak cukup sebatas itu, lebih jauh lagi setan dicaci dimana-mana, semua agama mengutuk. Tuhan sendiri memberi lampu hijau kepada manusia untuk memusuhinya, tidak tanggung-tanggung setiap mengawali perbuatan manusia dianjurkan mengutuk setan terlebih dulu. Setan terjepit, tidak ada yang mau membela sedikitpun bahkan Tuhan sekalipun. Setan makhluk kesendirian di tengah alam semesta ini. Tidak ada syafaat untuknya.

Dosa apa yang diperbuat setan sehingga Tuhan beserta makhluk-Nya begitu murka dan mengutuknya? Tiada peluangkah setan dirangkul dalam kebersamaan sebagai makhluk Tuhan dan bersama-sama menyembah pada-Nya tanpa ada caci maki? Sudah mahfum dan diterima manusia bahwa pokok kesalahan setan terletak keeengganan bersujud pada Adam sewaktu Tuhan memerintahkannya. Tuhan mencap setan sebagai makhluk pembangkang, makhluk sombong yang tidak pantas menghuni surga-Nya. Apakah hanya persoalan ini setan dikeluarkan dan dikutuk setiap tempat dan waktu? Lantas bagaimana dengan psikologis setan sendiri menghadapi putusan tersebut? Apakah setan benar-benar salah ataukah dia hanya menjadi elemen rencana Tuhan yang tidak dapat diterka?

Buku “Akulah Setan, Anda Siapa?” merupakan tulisan yang mencoba membela (pledoi) setan. Sebuah argumen setan kenapa dia tidak sujud kepada Adam. Aang Efha, penulis buku ini, dengan berani mengambil posisi sebagai “setan” yang mencoba membela diri dari segala dakwaan selama ini. Meski mengakui setan memang salah dalam kacamata Tuhan tetapi setidaknya boleh dong setan membela diri atas perbuatannya itu. Tuhan itu Maha Demokrais, di samping Maha Otoriter coba kita ingat-ingat bagaimana Tuhan menanyakan kepada setan soal keengganannya bersujud pada Adam atau kepada manusia untuk memilih antara kesesatan dan kebenaran. Sekiranya, dari sifat-Nya yang inilah setan tanpa sungkan membela diri beserta jajarannya.

Ditulis dengan bahasa komunikatif dan prosais sehingga membawa pembaca selayaknya mendengarkan aduan-aduan setan. Aang Efha benar-benar lihai meracik bahasa yang dia dapatkan dari sumbernya, Al-Qur’an dan hadist, sehingga kedua sumber yang menggunakan bahasa formal agamis itu disulap menjadi bahasa yang tidak kentara sehingga tanpa sadar pembaca mengira itu murni berasal dari setan lewat mediumisasi Aang Efha.

Coba simak argumen setan mengenai keengganan setan bersujud pada Adam: itulah sebabnya aku meminta pengertian Tuhan, “Bukan maksudku menentang perintah-Mu! Selama ini pun aku selalu tunduk dan patuh kepada-Mu. Tetapi, untuk satu hal ini, yakni bersujud kepada Adam, rasanya sungguh berat untuk aku lakukan. Aku tidak melihat satu alasan pun yang membenarkanku merendahkan diri di hadapannya. Karena itu, aku mohon Engkau berkenan menimbang kembali, wajarkah bila aku brsujud kepada makhluk baru ini. Engkau mestilah menimbang: kapasitas dan kualitas diri aku lebih tinggi dibanding dia.”

Setan itu makhluk rasional, yang melaksanakan dengan pertimbangan meskipun pertimbangan itu bersandar pada ke’aku’annya sebagai makhluk yang derajatnya lebih tinggi dibanding Adam. Setan memang tidak seperti malaikat yang sendiko dawuh pada perintah Tuhan, setan itu makhluk kritis dan licin. Cara membujuknya Adam bukan semata omong kosong, bukan pula raja gombal tetapi dibalut dengan argumen-argumen yang kuat. Simak bujuk rayunya kepada Adam dan Hawa saat menyuruh makan buah kuldi.

kehidupan sebagaimana kaujalani ini tak sesuai kodratmu. Memang Tuhan menyuruhmy tinggal di surga, memepersilahkan makan buah apa saja yang tesedia. Tetapi di tempat ini kehidupanmu menjadi monoton. Coba pikirkan, Cuma berzikir dan memuji Kebesaran Tuhan, engkau tak berbeda dengan malaikat...” Tentunya kehidupan Adam dan Hawa yang demikian itu tidak sesuai dengan rencana awal yang menciptakan manusia sebagai kholifah di muka bumi, bukan kholifah di surga. Benar bukan pendapat setan?

Pembaca tak perlu risau nan galau menghadapi pledoi setan lewat buku ini. Sebagai makhluk yang berpotensi menjadi setan dan malaikat, sudah selayaknya membaca buku ini dengan kejernihan akal dan mengedepankan suara hati. Selain itu, kalau kita cermati buku ini justru mendedah rahasia-rahasia setan baik itu asal-usulnya, cara setan merayu manusia dan masih banyak lagi. Dengan demikian, pembaca akan menemukan senjata baru untuk menghadapi setan dengan cara yang lebih manusiawi.

Hemat saya, Aang Efha sengaja tidak sepenuhnya menjadikan dirinya sebagai medium pledoi setan, tetap ada batas yang membedakan antara dia (manusia) dengan setan. Sehingga ini memang bukan murni sebagai pledoi tetapi mirip sebagai pitutur yang diucapkan dalang dalam menjalakan karakter jahat dasamuka atau raksasa lainnya.

Judul Buku                             : Akulah Setan Anda Siapa?

Penulis                                    : Aang Efha

Penerbit                                  : Pustaka Pesantren

Tahun terbit                            : cetakan I, 2012 (Edisi Khusus komunitas)

Tebal                                       : xx + 288 halaman

ISBN                                      : 979-8452-14-3

ISBN 13:978-979-8452-14-7

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun