Esok harinya, berbekal (lagi-lagi) onogiri dan susu untuk sarapan. Kami memasuki tol dan menuju Palembang. Hal yang kurasakan berbeda dari tol Jawa dan tol Sumatera adalah pertama, di samping kanan-kiri jalan kita tidak melihat gedung maupun sawah, tetapi kami disuguhi oleh kebun kelapa sawit yang luasnya berhektar-hektar.Â
Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia ini masih luas dan bukan hanya kemiskinan dan kebodohan. Indonesia juga memiliki keindahan alam yang beragam. Yang kedua, jalanan tol lebih lengang bahkan dibandingkan Jawa Tengah. Maksud saya benar-benar lengang sehingga saya bisa memacu mobil saya hingga 200km/jam (meskipun saya tau itu tidak boleh namun tetap saja mengasyikkan). Sampailah kami di Palembang.
Kami di Palembang tinggal selama 2 hari. Pertama kali melihat Palembang persepsi saya adalah ia merupakan kota maju namun sepi. Mungkin karena di pakai untuk lomba ASEAN waktu itu. Di tambah di tengah-tengah kotanya terdapat kereta yang menghubungkan ujung kota sampai ujung kota satunya. Bahkan sampai Jakabaring. Kota  kecil dengan isinya hanya tempat berolahraga.
Sampai sini hal yang ingin kami sampaikan adalah sebelum tua atau meninggal. Cobalah pergi ke tempat yang jauh. Ke temoat yang belum pernah kau datangi. Karena banyak hal di dunia ini yang kita tidak apa benar itu sebelum kita melihatnya langsung, conoth saja, tol jawa-Sumatera dan macet di Jakarta dan macet di Jogja berbeda,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H