Mohon tunggu...
Kagan Wibowo
Kagan Wibowo Mohon Tunggu... Nahkoda - Sang Pertapa Agung

Seorang Pertapa yang masih mencari apa yang di maksud 'Pertapa ideal'?

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ekspedisi Tol Jawa-Sumatera, Mengungkap Hasil Kerja Pak Jokowi

12 Maret 2024   15:11 Diperbarui: 12 Maret 2024   15:21 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang sering berkata, "Hidup hanya sekali maka lakukanlah apa yang kau mau." Dengan perkataan seperti itu keluarga saya yang hanya terdiri ayah, ibu, adik saya, dan saya. Ingin melakukan perjalanan darat menuju Sumatera. Hanya berbekal dengan mobil bak Triton 4X4. Kami akan melakukan perjalanan dari Kota Jogjakarta ke Sumatera. Saya bertanya kepada ayah saya, "Sumatera besar ayah. Di bagian mananya?" ayah saya menjawab, "Sejauh-jauhnya."

Mulailah kami menaruh barang-barang seperti pakaian makanan dan gadget untuk di taruh di bak. Niat kami akan melakukan perjalanan melwati tol. Karena di Jogja belum ada tol. 

Kami pergi ke Salatiga terlebih dahulu supaya bisa memasuki gerbang tol Bawen. Jalanan tol saat masih di Jawa Tengah masih terasa sangat lengang. Kami melaju kencang meskipun bapak saya sudah mengatakan untuk membatasi hanya 100 km/jam. 

Saat menjelang malam kami sudah sampai di Jakarta. Yang berbeda dari tol Jawa Tengah dengan Jakarta dengan Jakarta adalah di Jakarta sangat padat mobil kendaraan. Bahkan, ketika lajurnya sudah dijadikan lima jalur. 

Di sana kami keluar sejenak dari Tol. Saat keluar ternyata mcat yang dimaksud orang-orang Jakarta dengan orang-orang luar Jakarta ternyata berbeda. Kami begitu keluar langsung dihadapkan dengan kemacetan sampai tidak bisa bergerak. Jika di Jogja macet adalah padat merayap, jika di Jakarta adalah tidak bergerak. Kami pun memesan hotel dan melanjutkan perjalanan esok hari.

Keesokan harinya kami tidak sarapan. Kami hanya mampir Indomaret membeli onigiri dan susu. Sampailah kita di ujung Pulau Jawa. Di sana pelabuhan Merak berdiri gagah. 

Terlihat kapal-kapal berlalu lalang sibuk sekali. Kami mulanya antri di antrian mobil, hingga akhirnya ternyata Pelabuhan Merak tidak melayani cash. Mereka hanya melayani online. Alhasil, kami harus mundur ke belakang. Karena sulitnya membeli tiket online ada orang yang berbaik hati membantu kami. 

Kami sekeluarga tau mengetahui bahwa itu calo. Tetapi ayah saya mengatakan "Biarlah, mungkin dia ingin menghidupi anak dan istrinya. Toh sekarang semua orang online. Calo dapat uang darimana di zaman yang seperti ini? Anggap saja sedekah."

Perjalanan Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni memerlukan waktu dua jam. Yang menurut saya bisa kita habiskan dengan dua episode drakor. Setelah turun kami langsung tol Lampung. 

Di sana saya berpikir, saya kemarin di Jogjakarta dan sekarang sudah di provinsi Lampung. Maksudku, pembangunan tol ini benar-benar membantu rakyat. Dan yang membangun tol ini ataas usulan Bapak Jokwi selaku presiden. Kita kesampingkan hal-hal buruk lainnya tentang beliau, namun jalan tol ini benar-benar memudahkan rakyat, terimakasih Bapak Jokowi.

Perjalanan Bakauheni ke Bandar Lampung memakan waktu 2 jaman. Semapai mendekati kota Lampung kami melihat plang Bandar Lampung belok kiri. Anehnya bapak saya bilang, "wong kotanya di Metro Lampung." Meluncurlah kita ke Metro Lampung, hingga akhirnya kami memesan tiket saat perjalanan. Dan mendapati bahwa Metro Lampung bukan ibukota Lampung. Tapi itu tidak menghentikan kami menginap di Metro Lampung. Karena hari sudah gelap juga. Kami sholat Mahgrib dan Isya' di masjid laun-alun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun