Mohon tunggu...
Ahmad Kafin azka
Ahmad Kafin azka Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa dan Santri

mahasiswa dan santri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesantren Pencetak Generasi Terdidik

27 November 2021   12:20 Diperbarui: 27 November 2021   12:53 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang tua berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya dengan harapan kelak anak mereka menjadi sukses ketika lulus nanti. Bahkan tak jarang orang tua memaksakan diri dengan bersikeras mencari uang demi pendidikan sang anak sampai mendapatkan gelar sarjana bahkan profesor.

            Namun, sekolah formal tak menjamin dapat menjadikan seorang anak menjadi orang yang terdidik. Terbukti, banyak kasus-kasus kriminal justru dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi. Semisal kasus korupsi yang tengah merajalela di negara kita.

            Dan anehnya pun, di negara kita ini justru seseorang yang pernah melakukan tindak kriminal justru mendapat dedikasi atas hukuman yang pernah mereka dapat, seperti contoh di beberapa kota justru mantan narapidana dijadikan pemimpin. Padahal masih banyak sekali orang-orang yang berpendidikan yang baik dan pantas untuk menjadi seorang pemimpin.

            Arti pendidikan menurut KBBI adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari arti tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan utama dalam Pendidikan adalah untuk mengubah sikap dan tingkah laku seseorang menjadi lebih baik.

            Justru orang-orang terdidik biasanya malah bukan berasal dari Pendidikan formal. Pesantren adalah buktinya. Banyak sekali keluaran pesantren yang patut dijadikan contoh sebagai orang-orang terdidik. Tak ayal tidak sedikit dari mereka yang digadang-gadang untuk dijadikan sebagai pemimpin.

Sekolah tinggi tidak menjamin kesuksesan

Banyak orang melupakan tujuan utama dari sekolah, yakni memperbaiki moral sebagaimana arti dari KBBI diatas. Banyak anak pintar di sekolah formal namun moral yang diterapkan kerap tidak sesuai. Seperti kasus-kasus kenakalan remaja yang kerap terjadi yang mana justru banyak dilakukan oleh anak-anak sekolahan.

Hal tersebut terjadi karena kesalahan yang mandarah daging oleh kebanyakan siswa disekolah. Orang-orang yang belajar di sekolah hanya fokus pada tujuan utama yakni supaya mendapat nilai dan menjadi orang yang pintar.

Sekolah formal tidak diajarkan bagaimana proses mendapatkan ilmu yang baik dan benar. Di sekolah formal siswa hanya memahami apa hal-hal yang diajarkan oleh guru. Adab dan etika dalam mencari ilmu sering kali tidak diperhatikan, sehingga banyak tindakan amoral yang tidak pantas dilakukan baik oleh guru maupun murid.

Pesantren adalah pencetak orang-orang terdidik

Pesantren adalah pilihan terbaik orang tua untuk Pendidikan anak-anaknya. Karena disana anak akan diajari bagaimana bersikap dan berperilaku yang baik. Pendidikan moral adalah materi nomor satu dipesantren, sebagaimana hadist Nabi "Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak." (HR Al-Baihaqi dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)

Hal ini bisa dilihat saat proses belajar mengajar di pesantren. Di pesantren santri diajarkan untuk ta'dzim kepada guru dan kyai. Karena keberkahan sebuah ilmu itu bukan hanya tentang paham tidaknya pelajaran, akan tetapi bagaimana sikap seorang santri Ketika belajar, yakni ta'dzim pada guru dan kyai.

Untuk menjadi orang terdidik bukan berarti harus menjadi lulusan sarjana, bukan berarti harus menjadi professor. Karena hal tersebut tidak menjamin kesuksesan seseorang. Justru orang yang pintar dan mempunyai wawasan luas kebanyakan tidak mempunyai sikap dan moral yang baik, karena hal tersebut seharusnya dibarengi dengan belajar bagaimana bersikap dan bermoral yang baik pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun