Kembali lagi, setelah Anda menyadari dari sedikit advokasi diatas tadi, apakah masih ada sebuah prasangka buruk tentang seseorang yang mencari gelar ? dan mencari gelar mungkin hanyalah sebuah sebutan yang familier bagi masyarakat umum dengan perspektif bahwa mencari gelar merupakan hal yang bertujuan untuk mendapatkan hal yang diinginkan secara pribadi dan untuk mendapatkan popularitas. Tentu saja anggapakan ini bagi hampir semua orang adalah sesuatu yang negatif, padahal hal ini membutuhkan klarifikasi.
Menyebarkan informasi tidak akan mudah tersampaikan jika medianya sendiri tidak dikenal banyak orang, maka untuk mendapatkan minat pembaca yang banyak, media yang menyebarkan informasi tersebut harus mempunyai nama besar dan familier ditelinga banyak orang. Sepertihalnya orang-orang yang berlomba-lomba untuk mendapatkan gelar yang dapat dikenal banyak orang, dan saya tekankan, semua tergantung dari tujuannya juga untuk apa mereka mencapai gelar tersebut.
Seorang mubaligh yang hendak berdakwah ke sebuah majelis juga tidak akan mudah diterima oleh masyarakat jika ujug-ujug mendakwahi banyak orang, ia harus mempunyai gelar dan dikenal banyak orang terlebih dahulu. Karena dakwah yang sering dijadikan fondasi seseorang untuk membangun iman kembali adalah dari dakwah seorang kyai atau muubaligh yang sudah mempunyai gelar dan telah tenar dipenjuru.
Begitu juga dalam hal kemajuan dan kemaslahatan, jika tidak ada seseorang yang berani maju untuk memimpin, maka bagaimana nasib banyak orang untuk mencapai hal demikian ? apakah rakyat akan berjalan sendiri-sendiri ? tidak bisa, karena dalam suatu perkumpulan orang, mengingat manusia adalah mahkluk sosial, maka setiap individu harus berjalan beriringan dan tersistem guna mencapai kemajuan dan kemaslahatan tersebut.
Sebagai mahluk sosial dan berbudi pekerti luhur kita harus bersikap toleran, jika ada seseorang maju untuk memimpin, maka kita harus bisa mengklarifikasinya.
Jika ada seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin, berarti ia adalah orang telah dipercaya untuk diamanahi memegang sebuah tanggung jawab. Kita harus dapat berkontemplasi terhadap apa saja dihadapan kita, tidak bisa jika hanya men-judge sesuatu dari segi fisik atau sekilas saja.
Didalam kitab Ta’limul Muta’alim juga diajarkan ketika seseorang mencari ilmu yang ditujukan untuk mendapatkan kekuasan itu tidak diperbolehkan, tapi yang diperbolehkan itu ketika seseorang berniat dalam mendapatkan kekuasaan untuk menyebarkan kebaikan dan mencegah kemunkaran.
Poin pertama yang tidak memperbolehkan karena tujuan seorang pencari ilmu tersebut untuk kepentingan pribadi, sehingga hal demikian tidak diperbolehkan. Karena mencari kekuasaan untuk kepentingan pribadi jelas akan merugikan orang lain dan cenderung tidak peduli dengan nasib orang lain.
Maka sudah jelas, ketika seseorang mencari popularitas, kita tidak bisa langsung menyalahkannya. Siapa tahu disamping tujuannya yang sekilas tidak baik bagi sebagian orang terselip niatan untuk menyebarkan kebaikan dan untuk mensejahterakan orang banyak. Meskipun amanah yang dicari akan terasa berat dijalankan tinimbang amanah yang diberi, berarti ia siap untuk bertanggung jawab dan menanggung resiko.
Menjadi pemimpin tidak semudah netizen yang menunggu hasil dari kepemimpinan itu. Maka, kita tunggu saja bagaimana para pemimpin ini menjalankan amanahnya dan tak lupa untuk selalu mendukung orang-orang yang berkompetisi dalam hal kepemimpinan yang menurut kita telah pantas menduduki gelar sebagai pemimpin.
Karena tanpa dukungan kita, para calon pemimpin yang baik tidak akan mendapat semangat dan kesempatan mendapatkan gelar itu, melihat negara kita masih menggunakan cara “Pemilihan Umum” dalam pesta politik dimanapun, baik lingkup besar maupun lingkup terkecil sekalipun.