Mohon tunggu...
Ahmad Kafin azka
Ahmad Kafin azka Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa dan Santri

mahasiswa dan santri

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pentingnya Menumbuhkan Jiwa Literasi pada Santri

25 September 2019   07:55 Diperbarui: 25 September 2019   08:11 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syekh Nawawi al-Bantani, ulama Indonesia yang bisa menulis kitab dalam bahasa Arab, memliki banyak karya yang diakui dan banyak dipelajari di Asia dan dunia. 

Namun, untuk menemukan ulama semacam ini akan sulit rasanya dengan melihat hanya segelitir pesantren saja di Indonesia yang menekuni dunia kepenulisan.

Mayoritas pesantren yang ada di Indonesia, kegiatan menulis memang tidak begitu mendapatkan perhatian khusus. Pembelajaran dipesantren juga terbilang masih sangat monoton, karena tradisi pesantren di Indonesia yaitu hanya tradisi membaca, memahami teks dan membaca kitab gundul yang tidak ada makna dan harakatnya. Dorongan dari kyai pada santrinya untuk menulis pun masih minim bahkan tidak ada.

Saat sekarang, Indonesia telah kehilangan sosok ulama yang begitu dicintai masyarakat, yaitu KH. Maimoen Zubair dengan karya-karyanya yang sangat bermanfaat untuk dipelajari oleh santri-santri. 

Sangat sulit sekali menemukan santri yang bisa menulis seperti beliau, melihat saat sekarang para kyai lebih banyak berdakwah dan mengajar dimana-mana namun tidak menuliskannya dalam bentuk kitab.

Mungkin ada beberapa faktor yang membuat mengapa kalangan santri hanya sedikit yang bisa menulis, seperti fasilitas yang tidak begitu memadahi, sehingga secara tidak langsung setiap santri terbilang jauh dari dunia kepenulisan ini. 

Walaupun banyak  pengetahuan yang dimiliki santri dikarenakan selalu belajar dan mengaji ditiap harinya. Jikalau tidak dituangkan dalam sebuah tulisan, dunia pesantren akan kehilangan kesempatan untuk menunjukkan eksistensinya.

Karena melihat perkembangan tehnologi pada saat sekarang, dunia pendidikan baik sekolah umum ataupun pesantren akan lebih baik bila terus mengikuti arus perkembangan zaman. 

Tak terkecuali dalam dunia literasi, tanpa adanya benih-benih penulis, akan sulit rasanya bila menginginkan pesantren untuk ikut berkompetisi dengan instansi-instansi yang mengemban di dunia literasi.

Faktor internal lain yang mungkin menjadi penyebab minimnya minat menulis dikalangan santri yaitu karena tidak ada dorongan untuk menulis baik dari Kyai ataupun pengurus. 

Karena jika ada dorongan Kyai untuk menulis pada santri, hal ini amat berpengaruh pada santri untuk menciptakan jiwa literasi pada santri melihat ta'dzimnya santri pada kyainya.

Alangkah baiknya bila banyaknya waktu yang digunakan santri untuk mengaji kitab itu juga diselingi dengan menambahkannnya dalam sebuah tulisan. 

Pasti hasilnya akan maksimal, tentu dengan adanya tulisan-tulisan para santri ini akan membuat eksistensi pesantren menjadi lebih terlihat dan juga bermanfaat bagi masyarakat luas tentunya.  

Dorongan menulis juga sejak zamannya Rasulullah. Karena dalam perspektif islam, menulis adalah kegiatan yang sangat mendapatkan perhatian. Ketika Perang Badar, saat itu kaum muslimin telah menawan 70 orang dari kaum musyrikin. 

Sebagian mereka agar dapat terbebas, maka mereka dikenai tebusan dengan uang 400 dirham. Sedangkan sebagian yang bisa menulis, Rasulullah memintanya untuk mengajarkan menulis kepada 10 pemuda Madinah.

Hal Itu merupakan sebuah bukti bahwa dalam islam menulis sangat penting. Yang tak lain tujuannya agar pemuda-pemuda bisa menulis serta dapat menyalurkan ilmu-ilmu mereka kepada pemuda lainnya.

Tradisi menulis seharusnya dapat ditumbuhkembangkan dipesantren menjadi kebiasaan santri. Karena supaya ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh dapat dipelajari oleh orang lain bukan hanya melalui secara tatap muka saja, namun juga dalam bentuk tulisan. Karena bila dalam bentuk tulisan, maka ilmu yang tersalurkan dapat dinikmati banyak orang sampai selama-lamanya, karena tulisan itu sifatnya abadi.

Dengan tulisan yang bermanfaat, tulisan kita akan dikenang baik saat kita masih hidup atau setelah kita mati puluhan bahkan ratusan tahun. Seperti contoh saja Imam Ghazali yang hidup ratusan tahun lalu. Namun karyanya Ihya' Ulumudin dan karya lainnya  tetap masih bisa kita pelajari sampai detik ini.

Menulis juga merupakan sebuah kewajiban bagi santri, untuk menyebarluaskan tulisan-tulisan ulama yang hanya berupa kitab kuning dengan tulisan Arab dan tanpa makna. Karena sudah jelas pasti masyarakat awam akan mengalami kesulitan dalam memahami isi teks dan kandungan kitab-kitab tersebut. 

Jadi tugas santri yaitu membuat bagaimana isi dari kitab-kitab tersebut dapat dipahami dengan mudah oleh masyarakat awam. Dan tak lain yaitu dengan menulis, baik itu dalam bentuk buku, artikel atau yang lainnya. 

Dengan keterampilan menulis, santri akan mudah menyebarkan isi-isi dari kitab kuning yang sulit dipahami menjadi tulisan yang dapat dinikmati manfaatnya oleh mayarakat luas.

Sarana untuk berdakwah juga bisa didapatkan dengan cara menulis. Karena tentunya dipesantren santri hanya bisa eksis dikalangan santri-santri saja. Namun yang lebih butuh itu ialah masyarakat. 

Dengan menulis santri bisa mengajarkan ajaran-ajaran islam dalam bentuk tulisan. Hal itu juga merupakan sebuah bentuk eksistensi dari kalangan santri. 

Melihat banyaknya persangkaan buruk orang-orang luar sana yang menganggap bahwa santri adalah sesat, ilmu yang diajarkan dipesantren ialah sesat. Maka dari itu tugas santri harus menentang persangkaan tersebut. Tak lain dengan membuktikan bahwa apa yang dijarkan dipesantren adalah hal baik dan benar.

Mengingat ungkapan Imam Ghazali "jika kamu bukan anak raja, bukan anak bangsawan, bukan anak terpandang, maka menulislah" yang tak lain ungkapan tersebut diperuntukkan kepada siapa saja yang mau menulis tanpa pandang bulu tak terkecuali santri. semoga menjadi sebuah motivasi bagi santri untuk mau menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun