Mohon tunggu...
Ahmad Kafin azka
Ahmad Kafin azka Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa dan Santri

mahasiswa dan santri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fakta-fakta bahwa Santri Itu Fleksibel

4 Februari 2019   08:51 Diperbarui: 8 Februari 2019   13:50 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat indonesia memang sudah tak asing lagi dengan kalangan santri. Dan masyarakat mayoritas mengetahui bahwasanya santri itu adalah orang yang belajar ilmu agama dengan penampilannya yang sederhana yakni bersongkok dan bersarung. Yang mana membuat masyarakat menjadi segan dengan santri-santri ini. 

Namun juga masih ada sebagian masyarakat yang belum tau lebih dalam mengenai santri, sehingga kalau mereka baru tahu pasti mereka akan gedhek-gedhek dengan kehidupan seorang santri yang penuh arti.

Santri memang bisa dbilang kuat, juga bisa dibilang kebal, bahkan saya menamainya fleksibel. Bagaimana tidak ? sekarang mari kita lihat berapa diameter kamar santri? Berapa penghuninya? Kira-kira yaitu 2x4 meter dan itu pun biasanya dihuni oleh 30 santri bahkan bisa lebih. 

Kalau dipikir secara logis memang tidak akan muat. Pasti nanti akan timbul pertanyaan bagaimana tidurnya? Langsung aja jawab "merem lah". Terus ada lagi bagaimana nanti kalok sudah lelah dan ngantuk ? jawab aja "kalok lelah ya istirahat, kalok ngantuk ya tidur, urusan bagaimana tidurnya urusan belakang, bah itu duduk, berdiri, yang penting tidur" pasti masyarakat bila tau akan bingung kok bisa santri nyaman dengan kondisi seperti itu. 

Yang mana masyarakat biasanya menggunakan 1 kamar hanya dihuni oleh 2,hingga 3 orang, kamar dipesantren malah 30 santri lebih. Bila kita bandingkan memang sangat jauh sekali. Pastas bila saya menyebut santri itu fleksibel( kayak permen karet).

Belum lagi masalah kamar mandi, baisanya dipesantren-pesantren dimanapun itu, pesantrennya pasti hanya menyediakan kamar mandi yang tidak sebanding dengan kuantitasnya santri yang ada. 

Namun justru itu bisa yang dapat membuat santri bisa  belajar bagaimana beratnya bersabar yakni dengan membudayakan mengantri. Contoh saja pondok pesantren yang pernah ditempati oleh kyai saya(kita) di Sarang, lokasinya dipinggir laut,yang mana santrinya mencapai sekitar 5000 santri. 

Setelah mengetahui informasi tersebut, kira-kira menurut kalian berapakah jumlah kamar mandi yang seharusnya disediakan di pesantren tersebut ? 50? 70? 100? Bahkan bisa lebih kan. Tapi apa? Faktanya hanya ada 6 kamar mandi. Coba bayangkan bagaimana mandinya, BAB-nya? Kencingnya? Ih jorok. Gak perlu lah kalok harus bayangin BAB-nya seperti itu. 

Jadi, di pesantren Sarang ini santri harus bisa menjadi orang yang super sabar pake banget untuk bisa menggunakan kamar mandi yang telah disediakan disana. Tapi kalok sudah gak bisa nahan (ngengeknya), maka jalan satu-satunya yaitu pergi kepinggir laut. Sungguh keren ya santri ini.wkwkwk

Kalok masalah rutinitas, sudah jelas rutinas santri sangat banyak sekali sehingga kalok ditotal dalam sehari hampir 15 jam waktu belajar dan mengajinya saja. Meskipun begitu santri tidak pernah yang namanya putus asa dan sambat, mereka selalu semangat dalam menjalani hari-harinya walau waktu istirahat sangat sedikit yakni kurang lebih 5 jam dalam sehari. 

Kalok orang luar sana tau tentang rutinitas santri yang begitu padat pasti mereka akan salut. Mana mungkin orang bisa kuat istirahat dalam sehari hanya 5 jam. Sementara pada umumnya tidur yang cukup ialah 8 hingga 9 jam dalam sehari. Tapi nyatanya apa? Santri tetap saja sehat dengan keadaan rutinitas seperti itu. 

Dari pernyataan seperti itu berarti saya bisa saja mengartikan santri itu kebal. Juga fleksibel. Karena santri bukan hanya belajar agama saja, santri juga ada yang ikut sekolah umum, sehingga waktu belajar santri sangat banyak sekali, belum lagi banyak tugas dan PR dari sekolah yang harus segera dikerjakan. 

Sehingga dengan terpaksa seorang santri harus bisa mencari waktu luang untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut, seperti pada malam dan hari jumat. Dan juga waktu yang seharusnya digunakan untuk istirahat harus rela digunakan untuk mengerjakan tugas. Begitulah kehidupan seorang santri yang sangat menghargai akan sebuah waktu.

Dibilang rakus tidak ,apalagi dibilang omnivora (kirain hewan), juga tentu tidak. Maksudnya ialah santri itu apapun dimakan, selagi itu bukan makanan yang haram. Maksudnya disini bukan makan sandal, meja atau barang-barang keras lainnya jelas bukan lho. 

Santri itu memakan makanan apapun yang tersedia, mereka menerima dengan lapang dada dengan makanan apa yang ada didepan mereka juga disekitar. 

Seorang santri dulu walaupun hanya ada beras saja mereka rela memasaknya kemudian memakanannya tanpa ada lauk pauknya, kalok ada dedaunan apa yang bisa dimakan juga mereka memakannya, alasannya ya ada yang belum kiriman, ada yang hemat dan lain-lain. 

Mereka sangat bersyukur sekali apabila ada makanan apapun itu. Yang terpenting makanan tersebut dapat mengisi perut dan menjadikan mereka kuat dalam mengaji dan beribadah.

Setelah mengetahui seluk-beluk keseharian santri seperti itu bolehlah kita menamainya seorang santri itu adalah fleksibel. Dalam artian mereka bisa hidup dengan normal dipesantren dengan keterbatasan sandang, pangan, dan papan. Patut kita acungi jempol seorang santri. Inilah generasi penerus bangsa ini "Santri". Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun