Mohon tunggu...
Ahmad Kafil Mawaidz
Ahmad Kafil Mawaidz Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Ajarkanlah sastra pada anak-anakmu, agar anak pengecut jadi pemberani - Umar bin Khattab

Selanjutnya

Tutup

Trip

Mengendurikan Cinta di Kenduri Cinta

21 Maret 2018   11:09 Diperbarui: 21 Maret 2018   11:27 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Itulah ikhlas, kita memberikan yang terbaik, meskipun belum tentu kita bisa memilikinya. Ikhlas tidak ada malaikat yang mencatat, karena itu adalah hubungan langsung antara hamba dan tuhannya. Ikhlas itu seperti buih di lautan yang tidak lagi memerlukan pantai. ikhlas adalah menerima apa adanya tanpa mengeluarkan kata-kata atau sikap yang bisa memperburuk keadaan. 

Ikhlas adalah kendaraan ruh spiritual yang kelak akan meninggi dan membumbung tinggi di dalam kedalaman sehingga allah bersedia memberikan ridloNya sehingga akan membukakan kita sebuah pintu keberkahan. Kemudian dilanjutkan menyayikan lagu ikhlas itu indah dengan diawalai membaca surat Al-Ikhlas yang diikuti oleh seluruh jama'ah. Menyambung lau ikhlas itu indah adalah janda Zaenab yang kemudia dilanjutkan membaca sholawat untuk mengiringi mbah Nun agar bersedia naik ke panggung.

Mengawali pembicaraannya kali ini, Mbah Nun coba sedikit menadabburi surat Al-iklas yang telah dibawakan kawan-kawan kandank jurank doank. Beliau menyampaikan, barangkali iklas harus seperti surat al-ikhlas ini, yang tidak kata ikhlas di dalamnya. Ikhlas harus terus kita lakukan tanpa kita mencari-cari identitas ikhlas itu sendiri, sebab kalau kita merasa ikhlas, itu berarti tandanya anda belum ikhlas. Ada dua tipe manusia yang dipaparkan Mbah Nun malam itu, pertama manusia ruang dan yang kedua manusia perabot. 

Manusia ruang adalah manusia yang tak sibuk dengan identitas. Dia tidak memperebutkan tempat, justru menjadi tempat bagi para perabot. Perabot itu bersifat materil sedangkan ruang bersifat rohani, maka jadilah manusia ruang bukan mausia perabot. Merespon mas Husein mengenai hadits man 'arafa nafsahu, faqod 'arafa rabbahu, Mbah Nun menyajikan sisi pandang yang berbeda. Lebih jelas ia mengatakan bahwa terminology itu bisa kita balik menjadi man 'arafa rabbahu faqod 'arafa nafsahu karena semua ini berasal dariNya, qul huwallahhu ahad, Allah itu tunggal. Sambil diselingi guyonan, aku kalau melihat husein tadi bicara, seperti saya melihat saya bicara sendiri.

Manusia ruang adalah shiddiq atau manusia yang bersedekah, meskipun dalam konteks lain shiddiq bisa bermakna jujur. Orang yang shiddiq adalah orang seimbang hidupnya dan juga tidak akan pernah habis. Anda senang di maiyah karena sedang berada pada resonansi rohani, paparnya. Kita menjadi ruang bagi siapapun. Seperti gelas rohani ynag tak akan pernah penuh diisi meskipun kita disini sampai jam 3 pagi, lanjutnya. 

Seperti guru yang mengajarkan ilmu kepada muridnya, bukannya ia malah semakin bodoh atau ilmunya berkurang. Melainkan sebaliknya, ilmunya semakin bertambah dan semakin paham terhadap ilmu tersebut. Setelah penjelasannya terkait tema, Mbah Nun mempersilahkan Dik Doank menyanyikan satu dua lagu. Kemudia meminta sabrang menjelaskan mengenai personalitas dan identitas.

Seusai Dik Doank menyanyikan lagu Bu Endang, gurunya sewaktu SD, pembicaraan dilanjutkan oleh Sabrang. Sabrang menjelaskan bahwa personalitas adalah sesuatu yang dianugerahkan kepada tuhan untuk kita, dan kita tidak bisa memilihnya, seperti bentuk tubuh, lahir dimana, anaknya siapa, dan lain sebagainya yang kita tidak diberikan hak tawar oleh tuhan. Sedangkan identitas adalah pilihan-pilhan manusia yang kemudian menjadikan kebiasaan berkembang menjadi karakter manusia itu sendiri. 

Pilihan-pilhan ini terpengaruh oleh keadaan sekitar, pendidikan, dan lingkungan dimana dia tumbuh. Hujan mengiringi penmaparan mas Sabrang dan terjadi sedikit kegaduhan dari jamaah yang mencari tempat berteduh maupun menyulap tikar lantai sebagai payung bersama. Interupsi sedikit dari mbah Nun, beliau mengatakan bahwa terkadang kita langsung diuji oleh tuhan terhadap ilmu kita, "inilah saatnya kita memberikan ruang satu sama lain agar semakin mesra" tandasnya.

Selain Kandank Jurank Doank dan Dik Doank hadir juga musisi jazz yang sering kali ikut maiyahan Kenduri Cinta yaitu mas Beben yang tidak lain adalah kaka kandung dari Dik Doank. Beben mengawali sambutannya dengan mengutip quotes dari Rumi "setelah engkau kehilangan semuanya, barulah engkau menemukan dirimu". Sedikit bercerita pengalamannya, Mas Beben yang dulunya 17 tahun bekerja sebagai professional IT di sebuah bank akhirnya memilih keluar dan menekuni dunia Jazz. 

Jazz dibaginya menjadi tiga, pertama jazz for jazz, kedua jazz for life, dan yang ketiga jazz for spiritual. Jazz for jazz artinya  jazz untuk music jazz sendiri. Jazz for life, dimana jazz bisa menampung kehidupan masyarakat, sehingga mereka bisa menikmatinya. Jazz for spiritual artinya bagaimana jazz itu menjadi alat untuk kita mendekat kepada allah, karena Allah maha jazzy. 

Beben mengutarakan syukurnya karena bisa berduet dengan adiknya sendiri dan Kandank Jurank Doank, karena selama ini mereka jarang bisa main bareng dikarenakan kesibukan masing-masing. Bersama anak pertama Dik, pemain saksofon Kandank Jurang Doank, mereka bertiga menyanyi lagu digoda bencong karya Dik Doank.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun