Kini saya sadar bahwa ayah saya mencoba mengajarkan kepada saya sebuah kebijakan tentang sebuah proses pembelajaran. Bahwa apapun yang kita lakukan, jangan takut apabila awalnya salah dan jelek. Karena setelah itu -- kita akan semakin mahir untuk mampu melakukan yang baik dan benar. Yang penting adalah tidak tinggal diam. Tetapi berani melakukan. Ini yang membedakan kita dengan yang lain. Ada orang tidak pernah punya keberanian untuk melakukan. Selama hidupnya dia hanya akan menjadi penonton. Sisanya justru bangkit dan melakukan. Mungkin awalnya salah dan jelek, tetapi kalau ia tetap berusaha dan bergiat, suatu hari dia akan menjadi maestro.
Di Union Square, saya dan teman saya berpisah. Langit telah gelap. Dan angin malam itu cukup dingin membekukan semua keletihan saya. Sebelum tidur, saya jadi teringat perkataan Lang Leav, seorang penulis di New Zealand -- yang menulis novel SAD GIRLS. Dia menulis dengan indahnya, "The most beautiful things are damaged in some way." Kalimat itu membawa saya ke alam mimpi malam itu. Banyak orang mengejar kesempurnaan yang ilusif. Tanpa mengerti proses dan pembelajaran. Yang dikejar adalah titik terakhir yang sempurna. Padahal kesempurnaan dan keindahan seringnya adalah akibat sebuah perjalanan panjang. Sayangnya perjalanan itu jarang dimengerti banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H