Mohon tunggu...
Kafhayes Hamimsikof
Kafhayes Hamimsikof Mohon Tunggu... -

Lahir di Bone-Sulsel, sekarang menetap di Kolaka-Sulawesi Tenggara

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Silent Love

17 Oktober 2010   19:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:21 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semalam aku baca cerpen yang berjudul SILENT LOVE yang ditulis oleh Sadeq Hidayat, penulis cerpen Iran yang terkemuka. Beliau menceritakan seorang pemuda bernama Dash Akol yang jatuh cinta pada seorang gadis berparas cantik jelita bernama Marjan. Dash Akol tak mampu mengungkapkan isi hatinya hatta Marjan dilamar oleh pemuda lain, Dihadapan burung Beo peliharaannya dia menangis dan berkata "Marjan, kau benar2 telah membunuhku". Betapa hancurnya hatinya, setiap hari yang terbayang hanya wajah Marjan. Dan ia harus merelakan Marjan dinikahi oleh orang lain.

Suatu hari Dash Akol terbunuh dalam duel maut melawan preman yang bernama Kaka Rostam. Dalam perkelahian itu ia punya peluang untuk membunuh lawannya tapi dia tidak mau melakukannya dalam keadaan amarah yang memuncak, bahkan saat Kaka Rostam jatuh tersungkur dan pedangnya terpental Ia tetap mempersilakan lawannya itu untuk berdiri dan mengambil pedangnya.

Setelah perkelahian itu berlangsung cukup lama akhirnya perut Dash Akol terkena sabetan pedang dan mengeluarkan banyak darah. Sebelum wafat dia mengamanahkan burung Beo kesayangannya dipelihara oleh adiknya Marjan, dan Burung Beo itu sering berteriak "Marjan, kau telah membunuhku" Maka berderailah air mata membasahi pipi Marjan.

Dash Akol tak pernah mengungkapkan isi hatinya kepada Marjan karena takut dituduh mengkhianati Haji .... (ayah Marjan). Sebelum wafat ayah Marjan berwasiat mengangkat Dash Akol sebagai pengurus harta haji itu, dia tdk mau mencampuradukkan amanahnya sebagai pengurus harta Ayah Marjan dan kepentingan pribadinya untuk memiliki Marjan. Ia memilih diam dan menyelesaikah amanah itu hingga Marjan mendapat suami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun