Mohon tunggu...
Kafabihi Chamzawi
Kafabihi Chamzawi Mohon Tunggu... Freelancer - Adil Sejak dalam pikiran

seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan” ― Pramoedya Ananta Toer, This Earth of Mankind

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Revitalisasi Pasar dari Wacana, Hingga Berujung Bencana

5 Maret 2022   22:14 Diperbarui: 5 Maret 2022   22:29 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasar Tradisional juga menjadi salah satu cerminan suatu daerah Perkotaan. Mulai dari kelayakan hingga kebersihan patut menjadi wajah sosial masyarakat kota.  Pada umumnya pasar tumbuh pada ruang publik kota sehingga keberadaan mereka cukup memengaruhi wajah kotanya. Dinamika pasar yang tinggi, diantaranya: kontak sosial antara penjual dan pembeli, konstruksi ruang usaha yang beragam mulai dari kios, tenda, gerobak, hingga lapak seadanya, serta manajemen ruang dan waktu memberikan makna tersendiri bagi kawasannya. Dalam aspek ekonomi, saya mengutarakan bahwa pasar adalah jantungnya ekonomi masyarakat menengah kebawah (mengingat Indonesia masih berstatus kelas menengah bawah).

Pasar Rakyat sendiri menjadi suatu tempat bertukar kehidupan antara pedagang dengan pembeli. Dimaknai dengan adanya transaksi jual beli. Pembeli yang menaruhkan hasratnya kepada barang yang dibeli. Begitu juga pedagang yang berhajat untuk melanjutkan hidupnya terhadap barang yang dijual. Sistematika kehidupan sosial ini telah lama terjadi bahkan sebelum tahun masehi dimulai. Pasar juga mempunya rasa persatuan dan kesatuan yang tidak kalah jauh dari tempat lainnya.

Mindmap Ruang Pasar
Mindmap Ruang Pasar

Penulis bisa merasakan bagaimana kehidupan pasar tercipta harmoni saat menyusuri lorong-lorong sempit sambil menanyakan berapa harga minyak goreng saat ini (lah kok gitu). Suatu hal yang bisa sama-sama kita rasakan ialah, Pasar adalah sumber kehidupan, penunjang bagi banyak orang yang ingin “mempertaruhkan” barang dagangannya demi dibeli. Hanya bermodal keyakinan dagangan mereka akan laku hari ini, meski harus membayar sewa yang mahal. (Tanjungpinang,5 Maret 2022)

Penulis : Kafabihi, S.Si (Pemikir di Atas Meja Kopi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun