Mohon tunggu...
Kafabihi Chamzawi
Kafabihi Chamzawi Mohon Tunggu... Freelancer - Adil Sejak dalam pikiran

seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan” ― Pramoedya Ananta Toer, This Earth of Mankind

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosofi Rindu: Aku, Kamu, dan, Corona

4 April 2020   21:38 Diperbarui: 4 April 2020   21:41 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga saat ini kita terkurung akan kematian yang konyol akibat virus yang menyerang ini. Hidup itu kadang membingungkan dan gak bisa dijelaskan. Kadang dengan segala yang kita miliki saat ini seperti kekayaan dan kepintaran membuat kita menjadi satu-satunya manusia yang bisa bertahan dari sekian triliunan manusia. Tapi, tetap pada hukumnya. Segala hal yang bernyawa akan mati. 

Kita semua akan mati pada waktunya. Ketika kita mati, semua hal jadi tidak berarti. Tapi, ada hal yang positif dari Nihilisme ini. Ketika kita marah, kesal,dan semua hal yang kita alami jadi gak penting. Sehingga kita bisa memikirkan hal-hal yang kiranya penting untuk kebahagiaan kita. Karena kebahagiaan itu penting. Bahagia ditengah-tengah pandemi COVID-19 ini, ya syukuri aja. Kita bahagia dan bersyukur masih punya kawan, masih punya harta, dan masih punya agama sebagai pandangan. Itu lebih dari cukup.

Albert Camus, Pandangannya Arti Kebahgiaan Hidup

Albert camus salah satu penganut Nihilisme sempat menuliskan hal ini kedalam buku yang berjudul The Myth of Sisyphus. Dalam bukunya dia bercerita tentang siklus  hidup manusia yang mencari arti dan tujuan hidup. 

Hingga akhirnya kita bisa menemukan kebahagiaan versi terbaik kita sendiri. Singkat cerita kalau kita gak percaya sama apapun, semua hal gak bermakna, dan kita tidak terikat dengan dogma apapun. Ya, seharusnya semua hal possible (bisa) untuk dilakukan. Dan tidak ada alasan untuk tidak melakukan apapun yang sebenarnya berarti bagi hidup. Bisa jadi itu ber-arti versi mu sendiri dalam hidup. 

Karena ya, semua dalam hidup (dunia) ini gak ada artinya. Dan hanya dirimu yang bisa menemukan itu, karena hidup cuman sekali dan perlu untuk kita cari.

Sama hal nya kita menghadapi cobaan ini. Cuman kita yang tau kualitas diri kita diuji ditengah pandemi ini. Karena pada dasarnya kita semua di uji untuk mengejar kebahagiaan hidup.

Sampai pada ujung tulisan ini. Aku, kamu, dan, korona sama-sama mencari arti hidup ini. Jangan sampai kita kalah dengan virus korona dan menyerah. Berdiam diri dirumah dengan pikiran pesimis tidak akan merubah apapun. Tapi, jika berdiam dirumah dengan berpikir positif untuk tetap mendapatkan kebahagiaan itu sendiri. Berarti kamu satu dari sekian miliar makhluk yang eksis dan layak hidup dialam semesta ini. Tetap hidup positif dan tetap rajin ibadah. Yakusa. (4/4/2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun