Mohon tunggu...
abdullah kafabih
abdullah kafabih Mohon Tunggu... -

Mantan aktifis Mahasiswa yg bekerja saja untuk keluarga

Selanjutnya

Tutup

Politik

DKI 1 => Kata Kunci Kepemimpinan adalah perubahan

16 September 2012   15:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:22 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tergelitik saya untuk meng copy tulisan saya di bulan april tahun 2011, tapi saya edit dikit-dikit deh =>http://kafa1.blogspot.com/2011/04/jakarta-menggugat.html

Ketika anda memimpin dimana saja, baik di rumah sebagai kepala atau ibu rumah tangga, RT, RW, Perusahaan dan lain-lain. Sejatinya anda melakukan perubahan atau inovasi, tanpa perubahan anda habis. Contoh kecil, menafkahi istri dari tahun 2000 sampai sekarang kasih uang belanja tidak berubah Rp. 500.000 yaa pasti istri teriak, untung kalau tidak minta cerai. Begitu juga untuk yang lain, intinya perubahan ke arah yg lebih baik. Lebih buruk yaa habis dan tamat riwayatnya.

Melihat ke Jakarta sebagai sebuah kota seolah tengah menuju kematiannya, ibarat sebuah grafik trend nya sedang menurun terus. Klo tidak ada sebuah inofasi baru tentunya tidak ada harapan lagi bagi sebuah kota untuk terus hidup dan berkembang. Kenapa Jakarta menuju ke arah kematian sebagai sebuah kota.

1. Kemacetan yg tak kunjung ada solusinya

Kalau kita jalan entah itu hari libur atau tidak, kemacetan kita temui dimana-mana. Knapa ini terjadi, banyaknya mobil tidak diimbangi dengan pembangunan jalan, dan yg disalahkan selalu orang yang beli mobil dan naik mobil, bukan pemerintah yang tidak membangun jalan. Anehnya seolah rakyat terus yang dianggap salah, salahnya apa kan udah bayar pajak. Coba bayangkan, pajak mobil motor itu 5 trillyun lebih di jakarta tapi yang kembali untuk jalan kurang dari 20 %, ya iyalah macet. Kok yg disalahin orang yg mengendarai mobil yang udah bayar pajak. Pemerintah DKI yg harus di dorong untuk lebih banyak membangun jalan, jalan layang harus dimana-mana dan berdasarkan perencanaan. Bukannya klo udah macet baru membangun, ya tambah macet laah saat pembangunannya. Kenapa para pengguna jalan tidak di pikirkan kerugiannya. Kemudian pembangunan jalan layang yg terus terang saja saya bingung, kenapa malah jalan Casablanka dan Dr. Satrio yg relatif lancar dibangun jalan layang non tol, bukan jalan lain yg lebih macet tiap harinya seperti Mampang dll. Kalau dilihat di JL. Dr. Satrio macet nya hanya di depan Mall ITC kuningan karena banyaknya penyebrang jalan, kenapa tidak dibangun jembatan penyebrangan saja, toh dari ujung ke ujung itu Jembatan penyebrangan gak ada gimana gak banyak orang yg nyebrang jalan kalau begitu. Kebijakan monorel yg gak jelas, mangkrak dah bertahun-tahun. Sampai kapan warga Jakarta di suruh nunggu.

2. Penguasa yang bukan Pemimpin

Sosok Pak gubernur yg mohon maaf seperti tidak ada terobosan, biasa aja. Walaupun saya mengidolakan nya sebagi tokoh NU yg sukses tapi jujur saja biasa saja dan kalau tidak ada dia pun Jakarta tetap jalan artinya seperti tidak ada fungsinya (Auto Pilot laah). Harusnya seorang pemimpin itu harus kuat dan berkarakter tidak sekedar memerintah saja, harus bisa memberi inspirasi ke bawahan dan rakyatnya. Ini janji kampanyenya yg dulu mana Pak yang bilang Jakarta bebas macet, apa mungkin saya salah dengar yaaa....Tapi kayaknya aku masih pilih dia, dipikir-pikir dulu laah...Terserah saya dan anda kan dalam menentukan pilihan

3. Banyaknya Bangunan Tanpa Rencana dan IMB

Dimana-mana kita akan temuin orang sedang bangun rumah atau ruko, tapi kalau di cermati banyak sekali yang tanpa ijin atau IMB. Jadinya membangun tanpa sisa, tidak ada untuk resapannya apa lagi untuk kawasan hijau. Ketika akan mengurus IMB sulitnya bukan main. Gak percaya, coba urus sendiri ke Kecamatan, Block Plan aja bisa berjuta-juta belum untuk IMB nya.

4. Aparat Yang Tidak Akuntable

Kalau kita mau ngurus surat-surat di Kelurahan, mana ada yg gratis. Kalau mau gratis yaa lama.Sedangkan kemacetan kalau mau lihat lebih jauh dijalan, banyak angkot yg ngetem di perempatan jalan dan di situ ada polisinya, kan jadi curiga ini bayar gak yaa ke polisi. Bahkan yg bikin saya jengkel, tiap hari di Perempatan pasar rebo, selalu macet karena Bis pada ngetem, jelas di situ ada tanda di larang parkir dan di situ ada juga Polisinya. Kok bisa yaaaa???? Kalau kayak gini gimana saya percaya sama polisi lalu lintasnya, kasihan panas2 an ngatur Lalin tapi bakal dapat respek yg jelek dari masyarakat apa lagi dari saya, yaa paling aku cuman berani ngumpat dalam hati. Mana berani sama pistolnya.

Klo menurutku Jakarta perlu sebuah evolusi/tansformasi yang menyeluruh untuk menjadi sebuah kota yang nyaman di tinggalin. Sekarang enak naik motor timbang naik Bus Way, angkot atau mobil, jauh lebih cepat dan murah. Trus apa kaitannya dengan kepemimpinan, yaa sudahkah anda melakukan perubahan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun