Mohon tunggu...
Eka Nurcahyani
Eka Nurcahyani Mohon Tunggu... Freelancer - Pemikiran tidaklah sama, tapi marilah kita sama-sama berpikir.

Menulis adalah salah satu cara untuk tetap ada meski tiada. Menyuarakan yag tidak bisa dikatakan. Mengenang dan membuat perubahan dari yang lalu, saat ini dan untuk masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rokok yang Asapnya Dinistakan, Cukainya Kalian Rindukan

19 September 2019   21:16 Diperbarui: 20 September 2019   09:04 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.cendananews.com

Yang ingin saya tekankan adalah, biaya petani sang tangan pertama tidak sedikit, tak sedikit pula buruh tembakau berpenghasilan rendah. Meski demikian dari situlah kehidupan mereka berlangsung. 

Jika cukai tahun depan dinaikkan tanpa subsidi ke kawulo alit, apa yang terjadi pada mereka? Untuk setiap 3 bulan, haruskah mereka tak berpenghasilan dan mengandalkan apa yang sempat kalian janjikan, uang tunjangan untuk para pengangguran? Andai saja ada, andai saja masih kebagian. yang dibawah selalu menjadi bagian  yang terlupakan dan seringkali tidak dapat jatah.

 Jikapun boleh memilih, saya sangat yakin, para kawulo alit pun akan lebih memilih menghasilkan uang dari usaha mereka sendiri, dibandingkan kalian suapi dengan makanan jadi, uang yang dijanjikan.  

Yang Terhormat bapak-ibu pemerintah, sampean-sampean ini harus tahu, jadi kawulo alit itu berat, kalian tak akan kuat. Jadi mohon jangan ditambah beban mereka dengan peraturan-peraturan dan persoalan-persoalan yang mencekik bahkan mengada-ada. 

Cari solusi yang sama-sama menguntungkan saja. Mereka yang hanya pembeli, sang penikmat bisa mengganti dengan yang lain, vapoor misalkan. Tapi para kawulo alit yang menggantungkan kehidupan dari satu penghasilan, mereka bisa apa?

Mencari solusi, tolong jangan dengan cara mematikan ekonomi. Ada yang sakit karena rokok, tapi banyak pula yang sehat karena rokok. Karena apa, karena cukainya kalian gunakan untuk membiaya hutang BPJS Kesehatan. 

Lupakah September tahun lalu PP penggunaan cukai rokok untuk menambal defisit BPJS Kesehatan yang defisit Rp10 triliunan di tanda tangani? Rokok.. yang asapnya dinistakan, cukainya kalian rindukan.

Entah sekadar menikmati senja di ladang tembakau, atau menyruput kopi tubruk sembari mengisap rokok "tengwe" (ngelinteng dewe)... mari baik-baik berdiskusi. Barangkali berkenan datang kemari berbincang dengan kawulo alit, para petani dan buruh tembakau untuk mencari solusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun