Memang terkadang segalanya menjadi penuh keterbatasan. Melihat gunungan sampah dan merasa tak ada upaya untuk bertindak. Salah siapa? Siapa yang bertanggung jawab? Ahh, sekedar bertanya dan menyalahkan takkan merubah lingkungan.
Maka mulailah dari diri sendiri. Seperti yg disampaikan salah seorang teman saya dalam komunitas krayon steptri, sebuah keteladanan lebih penting daripada seribu nasehat. Sebelumnya saya kenalkan terlebih dahulu mengenai komunitas saya, KAC Jogja atau Kelir Ati Community. Sebuah komunitas psikososial di kota jogja yang beranggotakan puluhan kerayon dari basic ilmu yang berbeda. Oh ya, sebutan kami adalah kerayon, kenapa demikian? Karena sesuai dengan nama komunitas ini, kelir atiyang bermakna warna hati maka setiap dari anggota berkeinginan menjadi kerayon (baca pensil warna) yang membuat hati orang lain lebih berwarna dengan kebahagiaan.
Misi sosial kami saat ini adalah pendampingan cakruk buku di dusun grogol, lereng merapi. Kami merenovasi sebuah cakruk (baca tempat ronda) menjadi sebuah perpustakaan mini dan setiap hari jumat kami memberikan kegiatan kegiatan tertentu pada anak anak sekitar cakruk. Tema pertemuan Jumat kemarin adalah peduli lingkungan. Adek adek diminta berjalan melalui rute rute yang telah ditentukan dan memunguti sampah plastik.Â
Sungai lereng merapi yang dulunya jernih sekarang airnya keruh dan semakin dalam karena proses penambangan pasir yang terus berlanjut dari hari ke hari. Belum lagi sampah yang yang bertebaran di sekitar perkampungan.
Kenapa bisa sampai terjadi kerusakan lingkungan? Ini bukan karena manusia tidak berpendidikan, tetapi mental, kedewasaan serta kesadaran terhadap lingkungan sekitarnya yang rendah. Nah, untuk inilah siang itu kami mengajak anak anak melakukan jalan keliling dusun dan mengambil sampah plastik. Anak-anak merupakan "bibit" generasi penerus yang perlu mendapatkan bimbingan sejak belia, sehingga nantinya jiwa-jiwa konservasinya mampu mengilhami setiap langkah dan pemikiran mereka ketika beranjak dewasa.
Mengajarkan anak-anak juga salah satu cara untuk melibatkan peran orang tua dalam menjaga lingkungan. Anak adalah mutiara hati para orang tua sehingga ketika orang tua melihat anak mereka melakukan sebuah tindakan baik, hati mereka akan terenyuh dan tergugah ikut melakukan hal yang sama.Ini terbukti dengan warga desa yang ikut membantu anak anak mengumpulkan sampah di kantong plastik.Â
Sebelum masa depan hanya menjadi sebuah kenangan buruk untuk diceritakan, maka sudah seharusnya kita membuat perubahan agar kelak generasi kita nanti tetap bisa menikmati indahnya alam ini. Kita sama sama saja menjaga lingkungannya, karena peduli sendirian itu berat. Jangan lupa sampaikan pesan-pesan baik tentang pelajaran konservasi dan kepedulian tentang sampah ini kepada yang lain ya. Cihuiii ini perlu ditularkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI