Bahkan, ketika usia kami semakin bertambah menuju remaja, jangkauan perjalanan kami dengan kereta api semakin jauh. Tidak lagi menuju ke stasiun-stasiun sekitar saja tapi mulai menjauh. Di usia-usia awal remaja atau seumuran anak-anak SMP itu, kami sudah punya challenge yang full adrenalin, yaitu adoh-adohan numpak sepur alias jauh-jauhan naik kereta api dari Stasiun Barat yang biasa kami lakukan pas di hari libur.
Baca Juga Yuk! "Kereta Apiku" dan Orang-Orang Nekat di Balik Berdirinya Pabrik Sepur di Madiun
Inilah awal kami mengenal perjalanan kereta api yang lebih jauh dan lebih komplek, hingga berhasil menyentuh stasiun-stasiun besar di beberapa kota besar seperti Stasiun Wonokromo, Stasiun Gubeng, hingga stasiun Kota Surabaya yang justeru lebih dikenal masyarakat sebagai Stasiun Semut yang kesemuanya berada di Kota Surabaya. Hah, Surabaya?
Tidak hanya itu! Kami tidak hanya menuju kearah timur saja untuk challenge, adoh-adohan numpak sepur ini, tapi juga menuju ke arah barat. Dari situlah, kami jadi tahu yang namanya Stasiun Jebres dan juga Stasiun Balapan Solo yang diabadikan oleh maestro lagu-lagu campursari, (alm) Didi Kempot menjadi lagu hits hingga menjadikannya semakin terkenal.Â
Sepertinya dari momentum inilah, jiwa petualangan saya yang sampai detik ini masih terus berusaha mewujudkan cita-cita keliling Indonesia, mulai bertumbuh dan bersemi.
Dalam fragmentasi perjalanan yang lebih jauh itulah, kami baru menyadari kalau naik kereta api itu bukan hanya sekedar naik dan terbawa gerbong sampai ke tempat tujuan semata, tapi juga bagaimana mendapatkan kenyaman dan keamanan selama perjalanan hingga memunculkan beragam khayalan tingkat tinggi kami saat itu, demi kenyamanan perjalanan kami dan juga penumpang lainnya.
Khayalan-khayalan para angger saat itu jelas tidak jauh dari khayalan untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat kami sebagai anak-anak saat itu, seperti membayangkan seandainya di dalam gerbong penumpang ada rental buku komik, buku cerita atau majalah anak-anak. Bahkan kami juga sering berandai-andai, kalau dalam perjalanan kereta api jarak jauh ada alat permaianan seperti catur, halma, ular tangga, karambol dan lain-lainnya, tentu kami tidak akan menghabiskan waktu dalam perjalanan dengan bengong yang nggak jelas!. Â
Tidak hanya itu, seandainya di gerbong kereta itu ada tempat bermain untuk anak-anak, juga sound hiburan lagu-lagu agar tidak ngantuk sekaligus mengurangi kebisingan atau bahkan warung gerbong yang tidak hanya jualan nasi atau makanan berat saja, tapi jualan snack atau makanan dan minuman ringan lainnya. Tentu asyik ya!
Satu lagi! Seandainya dinding-dinding kereta api (terutama bagian dalam) tidak polosan, tapi diberi ornamen yang menarik entah ornamen batik, komik, teka-teki silang atau apa saja, tentu penumpang juga tidak buru-buru kepingin tidur kalau duduk lama-lama di kursi dalam perjalanan panjangnya. Bagaimana menurut anda?
Â