Sebagai negeri tropis yang dilewati garis khatulistiwa, sepanjang tahun kita mendapatkan pencahayaan matahari secara penuh, hingga suhu rata-rata di angka 26,7 C yang cenderung panas, mendorong kreatifitas masyarakat untuk terus berkreasi, menciptakan beragam asupan penyejuk, penetralisir panas.
Salah satu dari asupan penyegar penetralisir panas yang populer di sekitar kita, ya beragam olahan es yang sekarang ada di sekitar kita.
Uniknya, olahan es sebagai bagian dari jajanan tradisional masyarakat nusantara yang mempunyai keragaman budaya, banyak diantaranya telah berkelindan dengan kearifan lokal dimana olahan es itu lahir dan tumbuh, hingga akhirnya dikenal menjadi trademark dari daerah tersebut.
Tentu tidak asing bagi kita mendengar nama Es Goyobod dari tatar Pasundan, Jawa Barat, Es Pallubasa dan Es Pallubutung dari Sulawesi Selatan, Es Brenebon dari Sulawesi Utara, juga Es Selendang Mayang dari Betawi atau seputaran Jakarta sekarang.
Selain itu di Jawa Timur, juga bisa kita temukan Es Sinom dan Es Godir yang ikonik di sekitaran Gerbangkertosusila, juga Es Dawet Jabung, Ponorogo yang sudah kesohor dan banyak lagi lainnya! Semuanya, secara spesifik berbalut cantik dengan kearifan lokalnya masing-masing. Keren kan!?
Tapi es tradisional khas Nusantara tidak hanya itu saja! Masih banyak lagi lainnya yang tersebar dan populer di seluruh penjuru negeri.
Salah satunya yang unik dan menarik adalah jenis es yang konon katanya diadopsi dari es krim ala Belanda yang berbahan utama susu, hingga jenis es ini akhirnya benar-benar dibuat dengan menyesuaikan bahan dan juga selera lokal khas nusantara, hingga kelak juga dikenal sebagai es krim tradisional. Ada yang tahu namanya!?
Di masa kanak-kanak saya di era 80-an sampai 90-an di salah satu sudut timur laut, kaki Gunung Lawu di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, masyarakat di kampung kami menyebut jenis es krim tradisional ini dengan sebutan Es Tung atau Es Tung-tung, mungkin karena penjualnya yang berjualan pakai gerobak keliling biasa membawa gong kecil yang berbunyi tung-tung.
Nah, setelah tinggal di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas yang masyarakatnya lebih heterogen, muncullah beragam sambatan (sebutan;bahasa Banjar) untuk menyebut jenis es ini.
Ada yang menyebut es dung-dung, es nung-nung, es tong-tong dan lain-lainnya dengan tipe penamaan mirip yang biasanya dinisbatkan kepada pedagang yang keliling dengan gerobak, sedangkan nama Es Puter untuk pedagang yang manggon (menetap;bahasa Jawa).
Sayangnya, di Banjarmasin pedagang es nung-nung ataupun es puter ini jumlahnya terus menyusut, tidak sebanyak di era 80-90an dan itu pun hanya menyisakan pedagang-pedagang berusia lanjut.
Untungnya, diantara sedikitnya penjual es puter yang sekarang masih tersisa di seputaran Kota Banjarmasin, masih ada seorang pedagang es puter ikonik yang tetap bertahan dengan resep es puter keluarga yang bertahan lebih dari 3 dekade, yaitu Es Puter no name tapi lebih dikenal sebagai Es Puter Dharma Praja.
Perihal nama Es Puter Dharma Praja yang kental banget dengan rasa "pemerintahannya" itu, mungkin karena lapak jualannya yang berupa gerobak dorong itu sudah manggon di lingkungan komplek Dharma Praja alias komplek perkantoran, sekolah dan sarana olahraga milik pemerintah di seputaran jalan Ahmad Yani Km. 5 hampir dua dekade.
Sebelumnya, es puter yang benar-benar berasa hidden gem, karena hanya satu-satunya yang tersisa dan juga hanya menjual es puter satu rasa saja, yaitu rasa durian yang begitu otentik ini, sekitar satu dekade berjualan di pinggir jalan paling terkenal seantero Pulau Kalimantan, yaitu jalan Ahmad Yani.
Memang sih Paman Rahman yang biasa disapa oleh pelanggannya dengan sebutan Amang Aman, generasi kedua yang meneruskan usaha jualan es puter yang dulu dirintis abahnya itu, kalau durian sedang langka maka akan digantinya dengan nangka.
Jadi, kalau pas ke lapak jualan Amang Aman yang mulai buka diatas jam 10 WITA atau setelah jam 10 pagi sampai selepas shalat Ashar itu, ternyata es puternya tidak berasa durian, tapi berasa nangka, itu artinya memang sedang tidak musim durian.
Tapi jangan kuatir, kecuali sedang khilaf saja, biasanya kalau sedang menjual es puter durian maka Amang Aman akan memasang gambar durian di depan perangkat termos es puter jadulnya yang berbungkus kayu, tapi kalau gambar durian tidak terpasang, berarti yang dijual adalah es puter nangka. Kecuali Amang Amannya sedang khilaf...he...he...he...
Penampakan perangkat termos es puter jadul yang berbungkus kayu ini merupakan salah satu sisi unik sekaligus bukti legendarisnya olahan es krim tradisional Dharma Praja ini.
Â
Tidak hanya itu sisi unik yang sering disorot oleh pembeli dalam berbagai unggahannya di media sosial yang secara tidak langsung ikut mempromosikan (promotion)Â eksistensi es puter Dharma Praja ini, karena Amang Aman juga biasa beratraksi, memutar-mutar termos esnya saat isi es dalam termosnya tinggal sedikit dan ini menjadi hiburan tersendiri bagi pembeli.
Kerennya, dari sini kita melihat Amang Aman sepertinya sudah mengenal prinsip marketing mix atau bauran pemasaran untuk menjaga eksistensi es puter durian Dharma Praja-nya.Â
Terbukti, selain citarasanya yang begitu otentik (product) dan lokasinya (place) yang sangat strategis, yaitu di simpang tiga jalan Dharma Praja yang tidak hanya menjadi lintasan "penghuni komplek" saja, tapi juga jalur penghubung dari dua ruas jalur arteri, masih ada unsur marketing mix lain yang dijaga hingga ikut berperan menjaga eksistensi es puter durian Dharma Praja ini.
Salah satunya adalah penetapan strategi harga (price) es puternya yang sangat cerdas. Kalau anda semua sempat jalan-jalan ke Banjarmasin dan ketemu dengan lapak jualan Es Puter Dharma Praja ini, jangan kaget ya kalau varian harganya receh banget! Sangat ramah di kantong.
Kalau pakai gelas kecil, harga nya hanya 2000-3000an saja per-porsinya, sedangkan kalau pakai piring atau paket bungkus yang biasanya diberi tambahan potongan roti tawar harganya hanya 7000-8000an saja. Jelas receh banget untuk citarasa es puter durian otentik yang jauh dari kata recehan! (BDJ6824)
Yuk jalan-jalan ke Banjarmasin!
Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H