Secara prinsip sebenarnya tidak ada perubahan yang signifikan dari aktivitas saya di bulan ramadan dengan hari-hari biasa diluar ramadan, kalaupun ada mungkin lebih kepada penyesuaian dengan pola geser-menggeser waktunya saja.
Begitu juga dengan salah satu aktifitas hobi saya dari kecil yang telah bertransformasi menjadi kebutuhan bagi saya, membaca. Membaca apa saja!
Awalnya sih, saya paling suka baca komik dan buku cerita, hingga akhirnya merembet ke koran, majalah dan tentunya buku, hingga sekarang saya merasa perlu mengkoleksi koran terbitan dari berbagai daerah dan negara, juga beberapa majalah Indonesia yang sudah tidak terbit lagi.
Sedangkan untuk buku, tentu saja saya hanya membeli dan membaca buku yang saya sukai, yaitu buku-buku yang bertema sosial budaya Nusantara dan dunia.
Inilah teman saya bersuka ria setiap harinya, termasuk di bulan Ramadan seperti sekarang.
Contoh buku kesukaan saya adalah karya-karya Baharuddin Aritonang, Orang Batak Naik Haji dan Orang Batak Berpuasa, Folklor Madura karya Emha Ainun Nadjib, Manusia Bugis karya Christian Pelras, Orang Bajo Pengembara Laut karya Francois-Ribert Zacot dan banyak lagi lainnya.
Setiap pagi, saya biasakan membaca koran terbitan lokal Banjarmasin sampai habis. Inilah salah satu me time terbaik saya dengan ditemani secangkir kopi tubruk pahit dan kental, tanpa rokok karena saya memang sudah berhenti sejak 7 tahun silam.
Selebihnya, selain berusaha berteman dengan buku bacaan bertema sosial, seni dan budaya di setiap waktu longgar saya, (kebiasaan saya memang selalu membawa buku bacaan kemana saja saya pergi) saya juga masih suka baca komik dan buku cerita, termasuk novel-novel cakep dengan latar belakang geografi yang jelas dan tradisi budaya masyarakat Nusantara.
Novel-novel kesukaan saya seperti Desersi-M.T.H. Perelaer, Khatulistiwa-ES Murdani, Pesan dari Sambu-Tasmi P.S, Anak Bakumpai Terakhir-Yuni Nurmalia, Jalan Lain ke Tulehu-Zen RS, Gemblak-Enang RA sampai Giganto karya Koen Setyawan yang bercerita tentang primata raksasa dari Kalimantan.
Ada yang kenal dengan novel-novel diatas?
Mungkin anda akan bertanya kenapa saya suka dengan buku dan juga novel berlatar budaya?
Alasannya, dengan membacanya saya serasa ikut berada di berbagai daerah yang ditulis dan diceritakan dalam buku atau novel tersebut, sehingga bisa ikut menikmati vibes dari  lingkungan daerah-daerah tersebut, sekaligus suasana yang terbentuk di setiap scene-nya!
Dengan begitu, setidaknya cita-cita saya untuk keliling Indonesia dan melihat dengan mata kepala sendiri keaneka ragaman seni budaya Nusantara bisa dicicil dulu...he...he...he...
Naaaah ini yang spesial di bulan Ramadan! Di bulan yang penuh berkah ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak membaca dan mentadabburi Alquran, buku kesayangan kita semua, umat Islam di seluruh penjuru dunia, bahkan karenanya  juga dianjurkan untuk mengkhatamkannya minimal sekali dalam Ramadan.
Inilah buku kesayangan saya, teman saya Bersenang-senang setiap harinya, terlebih di bulan Ramadan seperti sekarang.
Saya selalu berusaha untuk mengkhatamkannya minimal sekali selama Ramadan. Mau tahu caranya nggak? Mudah kok tinggal niat, lakukan dan nikmati saja!
Ini ilustrasi mudahnya! Alquran terdiri dari 30 juz atau bagian, dimana setiap juz-nya terdiri dari 20 halaman atau 10 lembar.
Nah kalau targetnya mengkhatamkan 1 kali selama ramadan, tinggal dibagi saja!
Kalau 1 juz 10 lembar, berarti 30 juz 300 lembar, maka perhari harus membaca 10 lembar atau 1 juz.
Ini bisa di break down menjadi, 10 lembar dibagi menjadi 5 (waktu shalat/hari), sehingga setiap sebelum atau sesudah shalat wajib, harus konsisten untuk membaca Alquran setidaknya 2 lembar sebelum atau sesudah shalat 5 waktu.
Alquran inilah buku kesayangan, teman saya bersenang-senang di sepanjang Ramadan dan sepanjang hidup saya, Insha Allah!
Semoga bermanfaat?Â
Salam matan kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H