Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Memadukan Keberkahan "Rumus Bagi Tiga" dan Konsistensi Kekeibo Untuk Sehatnya Finansial

19 Maret 2024   23:05 Diperbarui: 19 Maret 2024   23:16 1204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan @kaekaha

Sejak 14 abad silam, Rasulullah SAW telah memberi kita umat manusia petunjuk aktual cara mengelola harta (keuangan) yang baik.

Petunjuk ini bisa kita temukan pada 2 hadis berbeda, yaitu

Cara mengelola harta (keuangan) yang baik adalah membaginya menjadi tiga bagian, sepertiga untuk sedekah, sepertiga untuk rumah tangga, dan sepertiga lagi untuk modal. (HR. Ahmad [2/296 no. 7928])

Sedangkan hadis versi kedua adalah dari hadits Muslim [8/222, 223], yang secara redaksional mempunyai sedikit perbedaan, meskipun esensinya tetap sama.

Di hadits versi kedua, pada redaksi "sepertiga harta untuk sedekah", diperinci/diperjelas menjadi "sepertiganya untuk orang miskin, peminta-minta, dan para perantau (ibnusabil)."

Karena konsep dasarnya adalah dibagi menjadi tiga, maka rumusan dasar mengelola harta (keuangan) yang bersumber dari Rasulullah SAW ini biasa disebut sebagai "Rumus Bagi Tiga".

Kalau diperhatikan, ada konsep keseimbangan yang adil dan sangat masuk akal dalam konsep "rumus bagi tiga" ini.

Selayaknya sebuah sistem segitiga tertutup yang ketiga elemennya saling terhubung dan saling memberi manfaat, menjadikan saling keterkaitan antara satu dengan elemen lainnya.

Bila salah satu elemen tidak aktif, maka sistem tidak bisa berjalan, bahkan bisa lumpuh total, hingga secara perlahan akan mematikan semua elemen. Subhanallah!

Insha Allah, dengan konsep keseimbangan yang adil ala "rumus bagi tiga" ini, kita bisa lebih mudah memposisikan harta sesuai pada proporsinya. Umumnya kalau sudah diposisi ini, apapun usahanya untuk menambah harta, akan membawa keberkahan dan tidak akan memudaratkannya.

Sangat logis bukan, konsep berikut aplikasi tata kelola "rumus bagi tiga"?

Sepertiga harta (keuangan) kita kelola untuk memenuhi kebutuhan (keluarga) sehari-hari sebagai penunjang berjalannya siklus kehidupan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Baik untuk konsumsi, saving atau tabungan, pendidikan dan keperluan rumah tangga lainnya.

Sepertiga harta kedua dialokasikan untuk modal. dalam konteks umum kekinian, modal disini bisa juga dimaknai sebagai kepentingan penunjang usaha atau penunjang pekerjaan dan kebutuhan lain yang punya relevansi untuk mendukung produktifitas jenis usaha dan pekerjaan masing-masing.

Sedangkan untuk sepertiga alokasi harta (keuangan) terakhir adalah untuk charity, sedekah atau kegiatan pemberdayaan sosial masyarakat.

Konsep rumus bagi tiga diatas, kalau dilihat konsepnya masih global, belum detail! Nah untuk aplikasi detailnya kita bisa memanfaatkan Kakeibo, itu lho konsep menabung dari Jepang yang sedang naik daun, karena jika dipraktikan dengan benar bisa menjadikan kita lebih cepat kaya! He...he...he... Penasaran dengan caranya!?

Kakeibo yang makna asalnya adalah "buku rekening untuk ekonomi rumah tangga" ini, pertama kali diperkenalkan oleh jurnalis Jepang, Hani Matoko di tahun 1904

Sejak saat itu Kekeibo terbukti membantu banyak orang untuk berhemat keuangan, bahkan konon  hingga 35 persen lho angkanya!!!

Nah kalau sudah begitu, tentu akan sangat bermanfaat dan dan Insha Allah akan banyak mengundang keberkahan dari Allah SWT, jika kita memadu padankan Rumus Bagi Tiga dengan Kekeibo dalam rangka menuju sehat finansial di bulan Ramadhan yang katanya banyak godaan!

Dari ketiga alokasi keuangan yang telah kita bedah dengan konsep "Rumus Bagi Tiga" sebelumnya, konsep Kekeibo sebenarnya aplikatif sebagai sistem kontrol untuk aktifitas ketiganya.

Tapi, karena untuk charity atau alokasi aktifitas sosial, targetnya dana memang harus habis dan ini berbanding terbalik dengan target dua alokasi lainnya yang sebisa mungkin surplus, maka khusus untuk alokasi charity mungkin fokus kontrolnya yang bergeser, bukan di dananya tapi lebih ke ketepatan penyalurannya.

Begini proses Kekeibo bekerja!

Pertama, Catat Semua Penghasilan Masuk

Lalu lintas di pos penghasilan harus dipantau secara benar dan konsisten. Baik itu penghasilan dari pos utama maupun pos sampingan, semua harus terdata dengan benar dan lengkap.

Aktifitas ini diperlukan untuk mengetahui secara akurat berapa total penghasilan dalam periode yang ditentukan, sekaligus sebagai dasar utama untuk menentukan kebijakan berikutnya, terkait manajemen keuangan, termasuk pembagian untuk ketiga alokasi dana dengan rumus bagi tiga.

Kedua, Catat Semua Pengeluaran

Pencatatan lalulintas di pos pengeluaran harus lebih ketat, cermat dan teliti, tidak boleh ada kesalahan.

Pencatatan ini sangat diperlukan untuk mengetahui total pengeluaran riil tiap periodenya.

Karena ini akan terkait dengan berbagai kebijakan, baik target,pencapaian dll di pos-pos pengeluaran di tiga alokasi yang telah di bagi dengan "rumus bagi tiga" tadi!

Ketiga, Gunakan Teknik Amplop

Masing-masing pos pengeluaran dibuatkan amplop anggaran yang berisi dana yang dibutuhkan, jadi dana tidak tercampur dengan alokasi yang lain dan ketika tiba waktu pembayaran tinggal ambil di amplop masing-masing.

Selain lebih teratur, cara ini juga menjadikan semuanya lebih terukur dan mudah dipantau aktifitas perputaran dananya.

Tentang penggunaan amplop, ini memang sekedar ilustrasi ya! Karena sekarang bisa saja kita memisahkan masing-masing pos anggaran pengeluaran di rekening berbeda, atau mungkin dengan menggunakan tas atau alat lainnya sesuai kebutuhan masing-masing.

Keempat, Evaluasi Keuangan Setiap Periode

Evaluasi keuangan setiap periode sangat penting. Tidak hanya sekedar mengetahui seberapa besar pasak dan tiang  yang kita capai! Tapi juga sejauh mana ketelitian,kedisiplinan dan juga komitmen kita untuk berusaha menjadikan siklus keuangan kita lebih baik dan lebih baik lagi selayaknya prinsip kaizen.

Bukankah sejatinya, "berbicara uang itu bukan tentang seberapa banyak yang didapat atau dimiliki, tapi tentang seberapa bijak cara kita mengelolanya."

Semoga Bermanfaat! 

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan @kaekaha
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan @kaekaha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun