Setelah berunding dengan istri saya di rumah dan juga asisten saya plus tim admin di kantor yang sebagian besar perempuan dan asli Urang Banjar, setelah mereka memastikan saya terkena serangan manyamak, akhirnya saya disarankan untuk ke tempat praktik penambaan (pengobatan tradisional) yang khusus bisa mencabut angin yang ada di badan saya, penyebab menyamak yang saya alami.
Celakanya, saat itu saya sendirian "jaga kandang" karena semua tim manajemen sedang ada seremonial pembukaan cabang baru di Kalimantan Tengah, sedangkan para driver dan helper-nya juga sudah turun ke lapangan, sedangkan tim admin tersisa yang kesemuanya perempuan, kebetulan tidak ada satu pun yang bisa membawa mobil.
Akhirnya, sambil menahan sakit yang luar biasa, saya terpaksa menyetir sendiri (maklum, saat itu belum ada ojol he...he...he...) untuk menuju ke tempat penambaan ditemani asisten saya dan salah satu team admin yang mengetahui rumah si bapak panambaan yang kabarnya berpengalaman mencabut angin penyebab manyamak.
Sayangnya, karena praktik proses pencabutan angin ini "wilayah kerjanya" ada di punggung saya jadi saya tidak bisa melihat apa saja yang dilakukan oleh si bapak panambaan dalam prosesnya mencabut angin dari badan saya.
Menurut keterangan istri saya yang asli Banjar dan dari apa yang tercium oleh hidung saya saat itu dan juga apa yang saya rasakan di punggung, biasanya dalam prosesi pencabutan angin ini, si bapak penambaan akan menggunakan media berupa daun sirih dan kapur dalam ritual baca-baca doa tertentu di area punggung saya.
Prosesi pencabutan angin ini tidak lama hanya sekitar 5-10 menit saja yang lama biasanya justru ngantrinya, karena si bapak panambaan ini sudah terkenal dan mempunyai banyak pelanggan, termasuk beberapa tim admin di kantor saya berikut keluarganya.
Dari testimoni mereka jugalah saya mendapatkan rekomendasi untuk mendatangi tempat praktek si bapak penambaan ini yang menurut testimoni mereka, meskipun proses pencabutan angin ini juga cocok-cocokan, tapi faktanya banyak diantara mereka yang merasa cocok berobat di tempat si bapak ini, hingga sakit menyamak yang pernah mereka alami bisa disembuhkan.
Setelah selesai, si bapak panambaan bertanya apa saya perokok dan jarang berolahraga? Karena saat itu saya memang perokok berat dan memang nggak pernah olahraga, ya saya jawab apa adanya.Â
Selain itu, si bapak juga menyebut kalau saya kecapekan dan perlu istirahat. Ini klop banget! Kebetulan sebulan terakhir saya memang sibuk banget wira-wiri Banjarbaru-Pangkalan Bun untuk mempersiapkan kantor cabang baru kami. Nah terjawab sudah asal muasal serangan manyamak ini.
Sayangnya, mungkin karena saya "tidak cocok" dengan panambaan rekomendasi dari tim admin saya tadi, di sepanjang perjalanan menuju rumah, saya masih tetap merasakan rasa nyeri yang luar biasa menusuk-nusuk ketika menggerakkan tangan kiri untuk memutar setir mobil (sedangkan tangan kanan saya masih tidak bisa saya gerakkan secara normal). Saat itu saya masih tidak merasakan perubahan sedikitpun pada sakit manyamak saya.
Sesampai di gerbang perumahan tempat saya tinggal di pinggiran kota Banjarmasin, kebetulan saya teringat di situ ada klinik berobat keluarga milik sepasang suami istri yang berprofesi sebagai mantri dan bidan senior di kampung, sedangkan anak dan menantu beliau berprofesi sebagai internist alias dokter penyakit dalam.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!