Kenapa harus pariwisata dan bersama-sama pula!?
Banjarmasin dan Palembang tidak memerlukan modal terlalu besar untuk membangun industri pariwisata, karena sudah mempunyai modal besar, mahal dan sangat spesifik, yaitu "aset mahal" berupa bentang alam yang unik dan spesifik, berikut tradisi dan budaya yang dibentuknya.
Selain itu, kita semua juga memahami, industri berjangka panjang dan berkelanjutan yang ramah lingkungan ini, telah terbukti dibanyak tempat, bisa menggerakkan banyak sektor lain untuk lebih berdaya guna jika dikelola dengan tepat.
Sehingga kelak, industri pariwisata tidak hanya memberi kontribusi ekonomi semata, tapi juga bisa berperan aktif dalam mereduksi beragam permasalahan sosial di kota, seperti premanisme, tunawisma, WTS dan lain sebaginya.
Tentang konsep sister city yang bisa dimaknai sebagai bersama-sama ini, sebenarnya bentuk pengejawantahan tradisi ekstrovert kita, masyarakat Nusantara yang akan lebih excited jika melakukan segala sesuatu bersama-sama, bareng-bareng!
Dengan bersama-sama, kita bisa sharing apa saja! Berdiskusi dalam merumuskan langkah-langkah strategis dalam upaya membangun industri pariwisata yang memang memerlukan banyak gagasan out of the box!Â
Disini, secara teknis kita bisa saling memberi informasi, masukan, kritikan sekaligus koreksi konstruktif sebagai media kontrol yang dibangun dari kesamaan rasa, cita-cita dan tujuan.
Selain itu, dengan bersama-sama dalam konteks gagasan "sister city" berikut implementasinya ini, bergaining power kita pasti jauh lebih kuat, terutama untuk bisa mengajak pemerintah pusat terlibat dalam pembangunan industri pariwisata di Palembang dan Banjarmasin.Â
Ini penting dan sangat diperlukan, karena grand design membangun Venice of the east ini jelas membutuhkan biaya, waktu dan tenaga yang tidak sedikit dan tidak sesederhana yang kita bayangkan.Â
Sebagai gambaran, Banjarmasin yang beberapa tahun terakhir sedang gencar-gencarnya merevitalisasi kanal-kanal peninggalan Thomas Karsten dan telah menghabiskan biaya miliaran rupiah, tapi hasilnya masih  belum juga signifikan.Â