Artinya semua konsepsi dasar zero waste, seperti reduce, reuse, dan recycle, berikut perluasannya seperti retink, replace, reproduce, refuse dan lainnya, secara tidak langsung semuanya sudah kami aktifkan tombolnya. Termasuk tidak menggunakan tas kresek sekali pakai dan menggantinya dengan memanfaatkan bakul purun, tas ramah lingkungan asli dari Kalimantan Selatan.
Emang ga capek, ga repot ngurus kebun, kolam dan kandang mini? Kalau belum terbiasa pasti capek dan repot! Tapi justeru aktifitas yang bikin kita gerak dan melihat yang ijo-ijoan inilah rahasia sehat dan bugar saya, sekaligus "candu" pertama gaya hidup green living.
Tidak hanya itu, tanpa sengaja ternyata kami juga telah berhemat anggaran belanja. Entah berapa duit yang kami hemat karena subsidi dari kebun mungil kami!? Inilah salah satu "candu kedua" dari budaya green living.
Selebihnya adalah kebahagiaan yang luar biasa, ketika kami bisa berbagi hasil kebun dengan tetangga dan kolega, sekaligus menularkan budaya green living yang ternyata bisa banget memandu kita untuk hidup lebih sehat, hemat dengan beragam manfaat berkelanjutan.Â
Inilah multiplyer effect dari literaksi atau kepaduan gerak literasi dan aksi menularkan budaya green living secara tidak sengaja yang sebelumnya tidak pernah kami sangka.
Untuk nutrisi tanaman-tanaman sayur ini saya memakai pupuk kandang dari unggas piaraan saya dan eco enzim yang bersama pestisida alaminya saya buat sendiri dari  belajar  pada banyak sumber, termasuk komunitas dan juga YouTube.
Pernah juga melakukan percobaan memanfaatkan limbah urine yang mengandung urea cukup tinggi, untuk pupuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga daun tampak lebih hijau dan segar, tapi karena kategorinya najis dan tidak dianjurkan dalam agama, akhirnya tidak saya lanjutkan.
Oh iya, dari kandang ayam dan burung dara, kami tidak hanya mendapatkan telur dan pupuk kandangnya saja. Setidaknya 3-4 kali sebulan kami biasa memanen dagingnya juga, bisa dari ayam maupun burung dara.
Dari keramba ikan, kalau sudah memasuki usia panen, setiap hari kami malah bisa menggilir jenis ikan yang ingin kami panen.
Untuk mendapatkan ikan yang sehat, meskipun air rawa kami masih survive, karena lumayan dalam dan masih terkoneksi dengan aliran sungai, kami tetap menanam beberapa tanaman bioremediasi lahan basah seperti kangkung, genjer, jariangau, melati air, teratai dan juga menambahkan kayapu dan juga ilung atau eceng gondok sebagai tanaman penyerap kemungkinan adanya limbah domestik.