Dari kecil, saya memang paling hobi mengumpulkan benda-benda apa saja yang menurut saya unik dan menarik. Baru, setelah menginjak remaja, saya mulai mempertimbangkan nilai manfaat dan nilai historinya bagi saya.
Salah satu benda yang saya kumpulkan secara serius sejak saya usia SD di era 80-an adalah perangko. Tahu perangko kan!?
Baca Juga Yuk! Het Paradijs Van Java, Menjelajah Surga Sumedang Lewat Buku
Saya suka, hingga akhirnya serius mengumpulkan perangko, awalnya lebih karena tertarik dengan warna-warni gambar-gambarnya yang menarik dengan temanya yang beragam. Itu saja!
Mungkin ketertarikan saya pada warna-warni gradasi warna pada perangko ini, juga berkaitan dengan status saya sebagai penyintas buta warna yang secara alami memang lebih bisa menikmati warna yang full colour daripada monokrom.
Tapi karena pada dasarnya saya  paling hobi membaca, ketidaksengajaan saya membaca dan memperhatikan lebih detail isi keterangan dalam gambar perangko-perangko yang saya miliki. Eh... Kok menarik ya!
Ternyata dari sekeping perangko yang dicetak itu, terdapat informasi bermanfaat terkait banyak hal.Â
Bisa sejarah, pembangunan, olahraga, pendidikan, keagamaan, tradisi dan kebudayaan, ekonomi, politik, hubungan internasional sampai keragaman flora dan fauna.
Dari titik inilah, saya akhirnya benar-benar jatuh cinta dengan perangko dan berusaha untuk mengumpulkannya dan mengkoleksinya.
Memang, sejak dulu perangko menjadi salah satu media untuk mengabadikan beragam peristiwa penting dan bersejarah.
Baca Juga Yuk! Icip-icip Sedapnya Oseng Parutan Iwak Haruan
Kelak, kita mengenal perangko-perangko jenis seperti ini sebagai perangko nondefinitif, yaitu perangko yang sengaja diterbitkan untuk maksud dan tujuan khusus, sesuai dengan pesan yang disampaikan dalam muatan visualnya di perangko.
Perangko nondefinitif ini dibagi lagi menjadi 4 jenis, yaitu perangko istimewa, perangko peringatan, perangko amal dan terbaru perangko prisma. Untuk perangko-perangko jenis ini, sudah pasti tidak dicetak berulang-ulang.
Nah, karena fungsi perangko ini sebenarnya adalah sebagai biaya pengiriman surat, maka diperlukan series perangko dengan nominal harga berbeda-beda pula untuk memenuhi kebutuhan biaya pengiriman surat yang sudah pasti masing-masingnya juga berbeda-beda, bisa karena beratnya, kota tujuannya atau bisa juga karena kecepatan pengirimannya.
Karena itu, dicetaklah jenis perangko yang kelak dikenal sebagai perangko definitif. Perangko jenis ini, biasanya  dicetak untuk memenuhi kebutuhan pengiriman surat dengan biaya berbeda.
Contoh perangko jenis ini adalah perangko series bergambar Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto. Kebetulan, khusus untuk perangko bergambar Pak Harto ini, saya mempunyai jumlah koleksi yang paling banyak dibandingkan dengan yang lainnya.Â
Bukan apa-apa, kebetulan di era saya mulai "keranjingan" mengumpulkan perangko, Â memang hanya perangko Pak Harto Series yang paling banyak ada dan tersedia di kantor pos.
Jujur, sebagai pengumpul perangko bekas, dulu saya sangat berharap setiap presiden yang memimpin Indonesia setelah Pak Harto lengser juga diabadikan dalam kepingan perangko definitif. Biar koleksi gambar presiden dalam bingkai perangko makin banyak!
Sayang, setelahnya saya belum menemukan satupun perangko bergambar presiden Indonesia selanjutnya! Entah saya yang kurang update atau memang benar-benar tidak ada perangko bergambar presiden Indonesia setelah Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto?
Begitu pula dengan perangko bergambar Pak Karno, seingat saya hanya punya 3 atau 4 keping saja, karena sudah lewat masa edarnya, makanya perangkonya juga menjadi langka.
Lantas bagaimana saya dulu bisa mendapatkan dan mengumpulkan perangko, sampai total jumlahnya sekarang sekitar seribuan keping!? Saya yakin, sebagian besar anda pasti ingin menanyakan ini, betul?
Perangko pertama yang menjadi koleksi saya, merupakan perangko yang berasal dari surat-surat paklik saya yang bertugas di Timor Timur. Beliau sering berkirim kabar berita melalui surat yang ditujukan kepada bapak baik melalui alamat rumah maupun alamat kantor.
Disinilah sebenarnya untuk pertama kalinya saya berkenalan, sekaligus menyadari betapa cantiknya desain dari sekeping perangko, berikut ragam cerita dan catatan sejarah yang ada di dalamnya.
Mengetahui saya juga mulai mengumpulkan perangko, kejutan datang dari bapak yang tiba-tiba memberi saya beberapa keping perangko dari Malaysia dan beberapa negara Asia lainnya yang menurut beliau, hasil meminta kepada teman-teman sekantor beliau yang sering berkorespondensi dengan klien di luar negeri. Sampai sebegitunya lho bapak saya!
Ini hebatnya bapak! Beliau tahu betul karakter dan hobi anaknya yang suka mengumpulkan barang-barang unik, menarik dan antik, pasti suka dengan prangko!
Baca Juga Yuk! Hati-hati, "Gods Eye" Hidden Camera Tercanggih di Dunia Mengintai Kita di Mana-Mana!
Sehingga tanpa saya meminta, beliau malah sering membawakan perangko-perangko keren dari negeri-negeri yang saya juga belum ngeh saat itu.
Semakin hari perangko koleksi saya semakin banyak, karena dalam perkembangannya bukan hanya bapak saja yang menjadi kontributor pengumpulan, tapi semua orang yang saya kenal dan pernah saya tanyai tentang kemungkinan adanya perangko-perangko yang masih nempel di surat-surat yang dikirim ke rumah.
Sejak koleksi semakin bertumbuh dan saya juga semakin menggilai koleksi benda mungill ini, setiap ketemu siapa saja saya pastikan untuk menanyakan kemungkinan dia pernah menerima surat dan masih ada perangko di sampul surat!?
Awalnya, perangko-perangko yang semakin banyak tersebut, saya tempel ulang di sebuah buku tulis dan sama sekali tidak tahu kalau sebenarnya, ada album khusus untuk menyimpan kepingan-kepingan perangko yang saya kumpulkan.
Baca Juga Yuk! Taste Atlas Rilis 100 Makanan Terburuk di Dunia, Ada Juga Lho dari Indonesia!
Benar saja, akhirnya saya mendapatkan juga album perangko untuk pertama kalinya sebagai hadiah dari bapak dan ibu karena prestasi belajar saya yang saat itu memang sedang hot-hotnya.
 Untuk membelinya, saya diajak bapak ke Kota Madiun, tepatnya di Toko Buku Amin, Madiun yang lokasinya hanya sepelemparan batu saja dari alun-alun Madiun dan juga dari persimpangan unik dan legendaris yang dikenal masyarakat sebagai simpang  Proliman.Â
Setelah beberapa dekade, mengumpulkan sekaligus mengkoleksi kepingan perangko, banyak sudah yang saya dapatkan dari perangko. Mulai dari pertemanan, persahabatan, ilmu pengetahuan, kebanggaan, kebahagiaan, bahkan juga cuan!
Jadi, ini kisahku mengkoleksi perangko definitif bergambar Presiden Soeharto, tunggu tulisan tentang koleksi perangko yang lainnya ya!
Semoga Bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H