Seperti pada kisah tidak ada nomor tiket terus boarding pass manual karena listrik mati. Selain itu ada juga tulisan yang mengingatkan kita pada nostalgia penerbangan di era awal 90-an sampai awal 2000-an yang masih memungkinkan pinjam KTP  dan juga adanya pungutan pajak daerah di Bandara.
Di bab kedua yang menceritakan tentang kisah delay oh delay yang  semuanya memang bercerita tentang keluh kesah karena keterlambatan pesawat, salah satu noktah merah dunia penerbangan kita. Kecuali satu kisah tentang delay yang membawa berkah. Kok bisa! Kalau penasaran baca bukunya ya he...he...he...
Kisah-kisah selanjutnya berhubungan dengan ruang tunggu yang hadir di bab ketiga. Kisah-kisah tentang larangan membawa tongsis dan durian, juga kisah merinding sendirian di bandara Ahmad Yani Semarang menjadi pengalaman yang bermanfaat untuk dibagi.
Begitu juga kisah unik sayur bayam dalam perut yang ternyata masih membuat mesin pemindai berbunyi dan juga trik biar nggak repot di di bandara-bandara besar dan luas.
Di bab ke-4 Rest and Relax, saya sangat tertarik dengan kisah canggihnya fasilitas Bandara Changi di Singapura, mall dalam bandara KLIA 2, toilet bandara Haneda yang full otomatis dan  keunikan Bandara Naike, Sri Lanka yang terdapat konter jualan mesin cuci dan alat elektronik di area kedatangan penumpang. Hwalaaah he...he...he...!?
 Selanjutnya, kisah "keberkahan membawa bayi" karena tidak harus antri di bandara, juga merasakan landing dan take off di bandara-bandara darurat dan perintis yang tidak lebih baik dari terminal bus, merupakan pengalaman tak terlupakan yang sangat bermanfaat untuk dibagi kepada semua pembaca, terutama saya yang ingin sekali keliling Indonesia!
Sejujurnya, Â diantara sekian judul artikel dalam buku ini, saya sebenarnya merasa paling gregeeet ketika sampai di daftar bandara di Indonesia dan luar negeri yang pernah di datangi Bang Dizzman!
Baca Juga Yuk! Main ke Official Store Merchandise-nya Barito PuteraÂ
Dalam buku yang dicetak tahun oleh Penerbit Peniti Media tahun 2018 tersebut, Bang Dizzman menuliskan nama 58 Bandara yang tersebar di 33 propinsi Indonesja dan juga 38 bandara luar negeri yang pernah disinggahi beliau. Entah berapa dan apa saja bandara yang belum sempat dituliskannya lagi sampai akhir hayat beliau?
Wooooow! Singgah di bandara sebayak itu bukan karena traveling, bukan juga karena pilot atau kru pesawat (Sepertinya, seorang pilotpun nggak ada yang bisa menyinggahi semua bandara yang disebut Bang Dizzman!) yang kerjaannya memang menerbangkan pesawat dari bandara ke bandara, tapi ini staf sebuah kementerian!?