Tapi akhirnya Barito Putera lebih memilih untuk "ngandang" ke Mbantul, Jogjakarta. Keputusan ini tentu sangat berat bagi squad laskar Antasari dan juga semua elemen suporternya di Banjarmasin dan Kalimantan lainnya.
Bagaimana tidak, konsekuensi dari pindah kandang ke Bantul Jogjakarta ini tentu berdampak pada banyak hal, bahkan Barito Putera dipastikan merugi akibat keputusan ini.
Baca Juga :Â Pride of Banua, Uniknya "Tanda Cinta" di Jersey Barito Putera
Pada 12 laga tersisa Barito Putera di kompetisi Liga 1 2023/2024 kali ini, 5 diantaranya akan bertindak sebagai tuan rumah dan dipastikan akan berlangsung tanpa penonton. Tahu sendiri kan bagaimana rasanya main bola nggak ada yang nonton, main bola nggak ada pendukung!?
Artinya, sampai akhir kompetisi nanti, Barito Putera sama sekali tidak ada pemasukan dari tiket penonton.
Kalau rata-rata per-pertandingan di kandang, Barito Putera biasa meraup dana segar kurang lebih sebesar 800 juta -1 M, hasil perhitungan kotor dari harga tiket dengan range harga terendah 40.000, maka kalikan saja dengan faktor pengalinya, angka 5 untuk menemukan angka total kerugian dari manajemen Barito Putera karena pindah kandang.
Tidak hanya itu, masih ada kerugian lain yang masih menghantui squad Barito Putera jika serius pindah kandang, yaitu kerugian akibat nonteknis seperti kecepatan dan ketepatan waktu beradaptasi dengan lingkungannya, ketangguhan mental dan juga lain-lainnya yang sudah pasti akan berpengaruh pada kesiapan tim.
Semoga bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H