Tapi jangan salah, itulah adilnya Allah SWT, konon keriputnya sayap jangkrik jantan ini ada hubungannya dengan kemampuan ngerik-nya lho!Â
Semakin keriput atau semakin jelek sayap jangkrik jantan dalam persepsi kita, konon lebih kencang suara ngerik-nya! Wooooow gitu looooh!
Untuk keperluan menakuti-nakuti tikus ini, biasanya kandang jangkrik yang biasa kami buat dari bahan bambu, akan ditaruh di tempat-tempat gelap yang berpotensi jadi jalur lalu lintas tikus. Begitu tiap hari sampai tikusnya kapok nggak mau singgah atau tinggal di rumah kami masing-masing.Â
Selain untuk menakut-nakuti tikus, dulu "jangkrik" ini juga menjadi sarana sekaligus media bermain kami sehari-hari.Â
Asalnya, adu jangkrik menjadi salah satu permainan kesukaan kami, tapi karena di tempat ngaji sering diperingatkan oleh Pak Ustad betapa mengerikannya dosa mengadu binatang, terlebih setelah kami membaca komik tentang neraka jahanam, akhirnya kami insyaf dan menggantinya dengan adu suara ngerik-nya saja.
Baca Juga : Â Kisah Serendipiti di Balik Kenikmatan Sepiring Tahu Campu
Karena di habitat aslinya, jangkrik lebih suka hidup di tempat-tempat yang cenderung gelap dan terlindung dari cahaya terang, seperti di balik batu atau di bawah bongkahan tanah, maka biasanya kami juga menempatkan jangkrik-jangkrik peliharaan kami di tempat-tempat seperti di habitat aslinya, gelap dan cenderung agak basah.
Untuk makanan, biasanya jangkrik-jangkrik kami akan kami beri asupan makan berupa krokot segar, bisa juga kubis, wortel, gambas, jagung muda, pepaya dan sayuran lainnya.
Ayoooo siapa yang senyum-senyum sendirian, membaca nostalgia masa kecilnya dengan si jangkrik...he...he...he
Semoga bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!