Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Kisah Serendipiti di Balik Kelezatan Sepiring Tahu Campur

2 Januari 2024   21:01 Diperbarui: 6 Januari 2024   11:55 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahu Campur Lamongan Versi Pak Tomo, Madiun  | @kaekaha

Pernah dengar istilah serendipiti sebelumnya?

Kata benda ciptaan penulis Horace Walpole di pertengahan abad ke-18 yang terinspirasi dari dongeng tanah Persia berjudul "Tiga Pangeran Serendip" ini, biasa dimaknai sebagai konsep kebetulan. Lebih konkretnya adalah sebuah penemuan penting, berharga, luar biasa atau hal hebat lainnya yang didapatkan dengan cara atau proses yang tidak disengaja, itulah serendipiti.

Memang ada yang begitu!? Tentu saja ada, bahkan bisa jadi banyak sekali hal-hal penting di sekitar kita yang sifatnya baik, berguna dan bermanfaat, tercipta dari proses yang tidak disengaja alias serendipiti ini.

Sebenarnya, niat hati ingin membuat kue cokelat eh malah gosong! Eiiiits jangan nangis duluuuuuu! Justeru karena gosong itulah, kita sekarang kenal bahkan doyan banget sama yang namanya brownies, ya si gosong itu! Kira-kira seperti itulah yang namanya serendipiti!

Ada lagi!? Ada dooooong! Anda pernah menyantap tahu campur? Itu lho, kuliner berkuah kaldu sapi khas dari Lamongan-Jawa Timur yang dalam penyajiannya ditambahkan kondimen khas berupa petis udang dan beberapa isian yang bikin sajian kuliner ini tampak ramai dan meriah.

Tahu Campur Versi Olahan Cak Di, Banjarmasin | @kaekaha
Tahu Campur Versi Olahan Cak Di, Banjarmasin | @kaekaha

Petis udang merupakan ruh atau nyawa dari sedapnya racikan tahu campur. Karena itu di kondimen yang satu ini, bisa jadi masing-masing penjual tahu campur mempunyai resepnya sendiri-sendiri. 

Baca Juga :  Nggak Bakalan Ngecap Kalau Sudah Icip-icip Tepo Kecap

Ada yang menambahkan gula merah sedikit saat meraciknya, ada juga yang lain dengan menambahkan bawang goreng dalam ulekan petis di piring ditambahkan bahan-bahan pelengkapnya.

Umumnya ada mie kuning, tahu goreng, lentho, selada segar, kecambah atau tauge, daging sapi atau bisa menggunakan koyor-kikil atau bagian tertelan sapi dan tentunya kerupuk udang yang  citarasanya selalu ngangeni! 

O ya, ada juga sih  sebagian yang menambahkan potongan-potongan kecil lontong dalam seporsi sajiannya. Biar kenyang katanya! He...he...he...

Pedagang Tahu Campur dan Lontong Balap di Banjarmasin | @kaekaha
Pedagang Tahu Campur dan Lontong Balap di Banjarmasin | @kaekaha

Kalau anda sudah pernah menikmati tahu campur, anda harus tahu, kalau tahu campur ini merupakan salah satu mahakarya kuliner Nusantara yang tercipta dari hasil serendipiti alias ditemukan secara tidak sengaja!

Naaaah bagi yang belum pernah mencoba tahu campur, sepertinya mulai sekarang harus segera googling deh alamat destinasi warung atau rumah makan yang menjual menu tahu campur di kota masing-masing, lagian sepertinya kuliner yang satu ini sudah menyebar ke seluruh Nusantara kok!

Asal muasal tahu campur tidak bisa lepas dari "saudara tuanya", sesama kuliner dari Lamongan, yaitu soto ayam yang memang lebih dulu mendunia sebagai kuliner khas Kota Lamongan.

Singkat cerita, menurut Siti Rubikah, kepala dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan,  kisah bermula dari seorang pedagang soto yang baru saja pulang berjualan dengan gerobaknya, merasa lapar dan ingin makan. Ternyata di gerobaknya hanya tersisa kuah sotonya saja.

Sate Kikil Teman Makan Tahu Campur, Duuuuuh Sedapnyaaaaa! | @kaekaha
Sate Kikil Teman Makan Tahu Campur, Duuuuuh Sedapnyaaaaa! | @kaekaha

Setelah memeriksa dapur, si bapak pedagang soto ini menemukan petis udang (biasanya masyarakat pesisir utara Jawa Timur memang biasa menyediakan kondimen berbahan dasar udang ini di dapur, seperti halnya kerupuk udang sebagai persediaan), selain itu ada juga daun slada segar, tahu dan mie kuning.

Karena sudah merasakan lapar yang luar biasa, setelah mencampur semua bahan yang ada menjadi satu dalam piring, maka disantaplah "kuliner asal campur" dari bahan-bahan seadanya tersebut. Eh lha kok rasanya enaaaaaak tenan!

Baca Juga :  Andok Sate-Gule "Kongklengan" Citarasa Legendaris Kuliner Mediunan

Namanya juga pedagang makanan, menemukan jenis makanan baru dengan resep seadanya begitu, pastilah yang terbersit adalah "laku dijual!".

Tapi biar lebih yakin lagi, si bapak penjual soto ini mencoba melakukan tes pasar dengan cara mengajak tetangga dan kawan-kawannya untuk mencoba kuliner baru ciptaanya yang kelak diberi nama tahu campur tersebut dan surprise-nya ternyata semua tetangga dan kawan-kawannya menyebut kuliner baru tersebut sangat enak dan sangat layak untuk di jual.

Bumi Tahu Campur, Desa Padenganploso Kec. Pucuk, Kabupaten Lamongan | detikjatim/Eko Sudjarwo
Bumi Tahu Campur, Desa Padenganploso Kec. Pucuk, Kabupaten Lamongan | detikjatim/Eko Sudjarwo

Di Lamongan sendiri, ada sebuah Desa yang membranding dirinya sebagai "Bumi Tahu Campur",  selain karena 90% kepala keluarga di desa ini adalah penjual kuliner tahu campur, konon asal-usul kuliner bercitarasa sedikit manis dan gurih-asin ini memang dari desa ini, yaitu Desa Padengan Ploso, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Uniknya! Meskipun 90% KK warganya berjualan tahu campur, tidak ada satupun diantara mereka yang berjualan di Lamongan, tapi sebagian besar malah berjualan di seputaran Surabaya Raya atau dikenal juga sebagai kawasan anglomerasi megapolitan Gerbangkertosusila yang meliputi kawasan daerah Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan. Eh maaf tanpa Lamongan ya!

Semoga Bermanfaat! 

Salam matan Kota 1000 Sungai, 
Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun