Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Oranje Nassau, Situs Pertambangan Batubara Pertama di Nusantara

30 Desember 2023   20:38 Diperbarui: 30 Desember 2023   22:02 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Revolusi Industri dan Kolonisasi 

Perkembangan teknologi di era revolusi industri pada abad ke-18 yang dipicu oleh penemuan mesin uap oleh James Watt, terus melahirkan berbagai inovasi pemanfaatannya, mulai dari mesin pabrik, lokomotif, kapal uap dan lain-lainnya.  

Dari Britania Raya, pergerakan revolusi industri yang menyebar ke eropa barat, Amerika Utara, hingga Jepang dan akhirnya mendunia tersebut, ternyata memicu persaingan antar negara-negara Eropa guna mendapatkan sumber energi bahan bakar untuk operasional berbagai mesin hasil inovasi mereka

Baca Juga :  Jembatan Dewi, "Ophaal Brug" Pertama Peninggalan Belanda di Banjarmasin 

Persaingan inilah yang akhirnya memacu negara-negara imperialis Eropa untuk melakukan ekspedisi  besar-besaran  mencari daerah koloni alias tanah jajahan yang mempunyai sumber energi guna di  eksplorasi dan dieksploitasi.

Diawali penemuan sumber daya alam di India dan Malaysia oleh Inggris, Prancis langsung mengeksplorasi Vietnam. Tidak mau ketinggalan, Belanda akhirnya menyusul menancapkan misi kolonisasinya di Nusantara.

Kolonisasi dan Pertambangan

Dibawah komando geolog C.A.L.M Schwaner dan Letnan II van Kessel yang tergabung dalam De Natuurkundige Commissie (Komisi Ilmu Pengetahuan Alam), catatan ekspedisi Belanda di Nusantara pada rentang waktu 1843-1846 yang dirangkum dalam jurnal berjudul Borneo Beschuving Het Stroom Gebied Van Den Barito dan diterbitkan pada 1853 melaporkan tentang kekayaan alam berupa batu bara di kawasan Riam atau Batu api di sebagian kecil perbukitan Meratus yang sekarang kita kenal sebagai kawasan Pengaron di Kalimantan Selatan.

Baca Juga :  Kanal-kanal Belanda di Antara "1000 Sungai" Julukan Kota Banjarmasin

Penemuan tambang batubara di Pengaron ini akhirnya juga memacu penemuan-penemuan potensi batubara di beberapa daerah, seperti Ombilin-Sawahlunto di Sumatera Barat dan Tanjung Enim di Sumatera Selatan.

Keseriusan Belanda mengeksploitasi batu bara di Kalimantan Selatan ini  ditandai dengan keputusan Ratu Belanda, tertanggal 19 November 1846, untuk  memberikan anggaran sebesar f50.000 per tahun untuk operasional pertambangan. 

Oranje Nassau

Tanpa menunggu lama, setelah melakukan prosedur eksplorasi, akhirnya pada tanggal 28 September 1849, Jan Jacob Rochussen, Gubernur Hindia Belanda langsung datang ke Pengaron untuk meresmikan tambang batu bara pertama Hindia Belanda yang diberi nama Oranje Nassau.  Sebuah nama "keramat" yang diambil dari wangsa atau dinasti kehormatan kerajaan Belanda. 

Dari situs tambang Pengaron seluas 169,6 m ini, produksi batu baranya saat itu mencapai 10.000 ton/tahun dan terus meningkat sampai 14.794 ton/tahun di tahun 1854.

Sayangnya untuk mendapatkan "tambang" batubara di pengaron ini,  Belanda lebih dulu "mengadu domba" para pagustian atau  keluarga inti Kesultanan Banjar dengan suksesi, pasca berpulangnya Sultan Adam (1857). 

Belanda dengan "seenak perutnya"  menunjuk Sultan Tamjidillah yang hanya putra dari seorang selir, sebagai Sultan karena menyetujui "tambang Belanda" di wilayah kekuasaan Kesultanan Banjar dan konon mendapatkan 140 gulden setiap produksi 1 ton batu bara.

Peristiwa ini menjadi salah satu pemantik pecahnya perang Banjar yang meletus pada 1859 di bawah komando Pangeran Antasari yang kelak juga dikenal sebagai salah satu dari 4 pahlawan nasional dari Kalimantan Selatan.

Reruntuhan Benteng Oranje Nassau di Pengaron, Kalimantan Selatan | Kemdikbud
Reruntuhan Benteng Oranje Nassau di Pengaron, Kalimantan Selatan | Kemdikbud

Benteng Oranje Nassau

Guna mendukung operasional tambang Oranje Nassau dari kemungkinan "gangguan" dari pihak-pihak dari Kesultanan yang berseberangan dalam suksesi yang pastinya didukung  Urang Banjar yang "marah", karena suksesi yang tidak sesuai adat plus eksploitasi kerja paksa di tambang Oranje Nassau yang dibayar sangat murah, tapi dengan hukuman pelanggaran yang tidak berperikemanusiaan.

Akhirnya pada 1848 Belanda membangun Benteng Oranje Nassau yang sebagian sisa-sisa peninggalannya masih bisa kita lihat di Desa Benteng, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, sekitar 50 km arah Timur Laut dari Kota Martapura.

Baca Juga : Stigma "Rumah Setan" dalam Persinggungan Societeit de Kapel dengan Peradaban Urang Banjar di Masa Lalu

Selain sebagian bangunan benteng, jejak-jejak Peninggalan situs pertambangan batubara Oranje Nassau di pengaron berupa fasilitas kegiatan penambangan, juga masih bisa dilihat sampai saat ini, seperti lorong-lorong, terowongan, sumur lubang batu bara, lantai batu bata dengan cap impor dari Inggris dan lain-lainnya.

Semoga Bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun