"Jangankan menjalankan sehari lima waktu, seminggu sekali pun terlupa. Bahkan tidak jarang pula, seumur hidupnya tidak pernah sekalipun singgah ke masjid yang dibangunnya sendiri di seberang rumahnya"
Tiba-tiba bapak berhenti dan melepaskan pegangan tangannya. Lalu beliau jongkok dihadapan saya dan meletakkan kedua tangan beliau masing-masing ke kedua bahu saya.
"Itulah alasan bapak dan ibu selalu memaksamu bangun, mandi lalu mengambil wudhu dan selalu mendorongmju untuk pergi ke masjid sepagi buta seperti sekarang atau bahkan di tengah-tengah teriknya mentari!"
"Semua demi kebahagiaanmu nak! Bersyukurlah, karena sejak kecil kamu telah terbiasa melangkahkan kaki ke masjid".
"Selain membuatmu terbiasa melangkahkan kaki ke masjid, bagi kami orang tuamu, kepintaran dan kekayaan terbaik adalah yang bisa meringankan dan memuluskan langkah kakimu menuju masjid, karena tidak ada perjalanan yang paling kami banggakan selain perjalananmu ke masjid nak!"
"Karena sejatinya, perjalananmu ke masjid adalah perjalanan untuk menjumpai Rabb-mu, Tuhanmu! Itulah perjalanan fitrah dari seorang anak manusia yang diajarkan Tuhanmu melalui Nabi-mu, serta perjalanan yang akan membedakanmu dengan orang-orang yang lupa"
"Lupa pada siapa yang memberinya kekayaan, lupa pada yang memberinya kepintaran, kecerdasan dan juga kedudukan!
"Karenanya! Seberat dan sejauh apapun perjalananmu menuju masjid, di pagi buta yang gelap gulita, di siang bolong saat kesibukanmu sedang padat-padatnya, ataupun di senja hari berbasah-basah air hujan atau bahkan di malam hari saat gemerlap dunia mengejarmu, tetap lakukan dengan sepenuh hatimu. Bahkan walaupun engkau harus mendatanginya dengan cara merangkak sekalipun, demi kebersamaan dengan Rabb-mu yang Maha Sempurna".
Semoga bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai,Â
Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H