Untuk kanal-kanal yang tersisa, seperti Kanal Teluk Dalam di Jalan Soetoyo S yang bermuara langsung ke Sungai Barito, Kanal Tatas yang mengelilingi setengah komplek Masjid Raya Sabilal Muhtadin dan bermuara di Sungai Martapura, Kanal A. Yani dan Kanal Bilu-Kuripan yang juga saling berhubungan, semuanya dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.
Arah pembangunan regional yang dulu lebih berorientasi "daratan" tanpa berusaha memahami kearifan alam dan budaya khas Banua Banjar, pada waktunya terbukti menjauhkan masyarakat pada sungai dan budaya sungainya. Terbukti, masyarakat Banjar sekarang banyak yang lebih memilih "memunggungi" sungai dan menjadikannya selayaknya "halaman belakang" saja.
Selanjutnya bisa diduga. Nasib sungai yang serasa "hidup segan mati tak mau", terlihat semakin menyedihkan, karena lebih sering terabaikan bahkan terlupakan, sampai-sampai ada juga yang memperlakukan selayaknya tempat pembuangan sampah. Duh...
Kanal A. Yani atau Sungai A Yani yang berada disisi kanan jalan Ahmad Yani (jalan paling terkenal di Kalimantan Selatan), jika anda menuju Kota Banjarmasin dari arah Kota Banjarbaru yang membentang dari km.6 atau batas kota ke arah dalam kota ini, variasi lebarnya berbeda-beda, salah satunya karena terkalahkan oleh pelebaran jalan.Â
Bersyukurnya, "banjir kecil" yang sempat merendam sebagian Kota di awal tahun 2021 silam telah menyadarkan banyak fihak, sehingga semuanya juga tergerak untuk  sama-sama terlibat dalam proses normalisasi Sungai Ahmad Yani yang sekarang baru separuh jalan.
Baca Juga : Â Unik, Ternyata di Banjarmasin Tidak Ada Arah Mata Angin!
Kalau sempat lewat jalan Ahmad Yani, coba berhenti sebentar di depan komplek perkantoran TVRI Kalimantan Selatan yang terlihat cukup cantik dengan tanaman teratai berwarna-warni, tapi mungkin penampakan seperti itu semakin sulit di dapat ketika bergerak ke arah kota yang penampang sungainya semakin mengecil dan sempit, seperti di sekitar fly over km 4.
Memang, kanal A. Yani dan beberapa kanal lainnya di Kota Banjarmasin, termasuk kanal peninggalan Belanda banyak yang sudah tidak bisa lagi di fungsikan secara utuh selayaknya sungai-sungai di Banjarmasin bahari (jaman dulu;bahasa Banjar), seperti sebagai jalur transportasi, karena banyak hal, seperti banyaknya jembatan dari bangunan rumah toko dan gang-gang di sepanjang jalan seiring pembangunan kawasan, tapi setidaknya kalau sungai tetap dijaga dengan baik, jelas akan memberikan manfaat maksimal juga untuk lingkungan.Â
Setidaknya, "banjir kecil" awal tahun 2021 di kawasan premium Kalimantan Selatan ini, tidak akan terulang lagi. Insha Allah.