Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Memanggungkan Budaya, Merayakan 1 Dekade "Ngompasiana"

30 Oktober 2023   20:02 Diperbarui: 31 Oktober 2023   01:11 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasiana Member Card "Jadul" | @kaekaha

Hari ini, Senin 30 Oktober 2023 merupakan tanggal keramat yang menandai 10 tahun atau 1 dekade hubungan simbiosis mutualisme saya dengan Kompasiana, user generated content platform alias platform blog rame-rame terbesar di Indonesia dan di dunia. 

Alhamdulillah, tiba-tiba sudah 10 tahun aja Ngompasiana!

Menariknya, tanggal keramat "kelahiran" saya sebagai Kompasianer ini jatuhnya juga dekat banget lho sama harlah-nya Kompasiana di 22 Oktober. Hanya 8 hari saja! 

Jadi wajarlah, setiap Kompasiana berulang tahun yang sejak 2011 selalu dirayakan dengan even akbar bertajuk Kompasianival, lebarannya para Kompasianer ini serasa ikut merayakan ulang tahun saya, terlebih di Kompasianival 2014 saat Kompasiana juga merilis maskot si KRIKO dan saya dapat "hadiah" member card seperti gambar diatas dan juga Kompasianival 2020! Ada apa di Kompasianival 2020!? 

Baca Juga: Saatnya Memunculkan Kategori "Article of The Year" di Kompasianival

Mari duduk yang senyaman-nyamannya sambil ngopi-ngopi cantik juga boleh, setelah itu baca artikel sarat kenangan dan inspirasi ini sampai titik terakhir dengan hati berbunga-bunga, maka anda akan menikmatinya! Monggo dilanjut...

Tahun ini Kompasiana berulang tahun yang ke-15 dan dirayakan dengan Kompasianival edisi ke-13 tepat di ulang tahun saya yang ke-10 sebagai kompasianer. Super!

Selamat ulah tahun yang ke-15 ya Kompasiana! Semoga terus berjaya, panjang umur dan semakin bermanfaat...

Selamat Ulang Tahun ke-15 ya Kompasiana | dok. kompasiana
Selamat Ulang Tahun ke-15 ya Kompasiana | dok. kompasiana

Ngompasiana 

Saya biasa menggelari aktivitas saya di Kompasiana sebagai "ngompasiana", sebuah adaptasi pembentukan kata kerja ala bahasa Jawa yang menurut saya, kesannya memang lebih egaliter dan penuh kehangatan. Ya... kira-kira sebelas-dua belaslah sama kosakata "ngopi" yang sekarang begitu populer dan digandrungi di seantero nusantara! 

Sebabnya sederhana saja, selain memang terinspirasi dari kopi dan ngopi, dua hal yang saya suka dan sama-sama biasa memberi saya rasa nyaman, bagi saya berinteraksi di Kompasiana itu ya seperti ngopi di warung kopi, sama teman-teman atau bahkan dengan orang-orang yang sama sekali tidak kita kenal dari berbagai wilayah nusantara bahkan mancanegara. 

Ruang Kompasiana yang beyond blogging itu ya selayaknya "warung kopi", yang tidak sekadar nyaman untuk ngopi saja! Tapi juga "gayeng" untuk ngobrol apa saja melalui tulisan. Sepertinya ini juga yang menjadi alasan saya masih tetap di sini sampai detik ini!

Sehari-hari, saya paling suka ngompasiana dengan tema-tema di seputar sosial budaya. Di Kompasiana, tema ini bisa terafiliasi ke beberapa fitur kategori, seperti fiksiana, halo lokal, humaniora, nature, entrepreneur, lyfe, travel story, olahraga video dan yang terbaru lestari.

Naaah, untuk tema di luar kategori yang saya sebut di atas, sepertinya sangat jarang bahkan bisa jadi beberapa di antaranya sama sekali belum pernah saya mengunjunginya. I'm so Sorry!

Artikel Utama | Screenshot Kompasiana.com
Artikel Utama | Screenshot Kompasiana.com

Dinamika Ngompasiana

Jejak momen pertama kali saya ngompasiana, ditandai dengan postingan bertema lingkungan berjudul "Menyingkap Selimut Kabut Asap", sebuah refleksi terhadap musibah kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Selatan yang menyebabkan munculnya bencana baru yang tidak kalah mengerikan dan mematikan, yaitu kabut asap yang terus berulang dari tahun ke tahun.

Oya, 7 artikel bertema mix yang saya posting di tahun pertama saya ngompasiana, termasuk artikel pembuka di atas, sebelumnya pernah dimuat media cetak, termasuk 1 cerpen misteri berjudul Om Sasih yang terinspirasi dari sebuah kisah nyata. 

Keren dan luar biasanya, meskipun tetap dibaca banyak orang, tapi tidak satu pun artikel saya yang tayang di 2 tahun pertama ini mendapatkan apresiasi, baik klik vote maupun komentar. Lhaaaah terus apanya yang keren dan luar biasa...he...he...he...!? 

Entahlah, saat itu saya merasa sangat sulit mendapatkan apresiasi, vote maupun komentar dan itu bukan saya saja yang merasakan, karena teman-teman Kompasianer yang saya kenal, terutama para newbie, juga merasakan hal yang sama. Sepertinya situasi sekarang sudah berbeda ya!? 

Apa iya memang begitu? Bolehlah teman-teman berbagi cerita di kolom komentar pengalamannya masing-masing.

Baca Juga : Ada Drama di Balik Semua Koleksi Memorabilia dari Kompasiana Ini!

Memang sih, saya bukan tipikal Kompasianer yang rajin dan telaten melakukan blogwalking secara rutin. Jadi ya begitulah adanya! 

Menariknya, kalau sekarang membuka postingan-postingan lama tersebut, beberapa diantaranya memang sudah ada vote-nya dari teman-teman, meskipun penampakan 12 artikel postingan saya tersebut sebenarnya saat ini justeru terlihat cukup aneh. 

Selain gambar ilustrasi utama pada postingan linimasa semuanya hilang, paragrapnya juga semakin panjang, sehingga artikel tampak polosan dan kesannya bertumpuk-tumpuk, jadi kurang menarik dan tidak nyaman untuk dibaca. Kenapa ya!?

Memorabilia Hadiah dari Kompasiana | @kaekaha
Memorabilia Hadiah dari Kompasiana | @kaekaha

"Ngopi" yang Dibayar!

Greget saya ngompasiana menemukan momentumnya di tahun ke-3 (2015), yaitu ketika artikel saya yang bercerita tentang upaya Kota Banjarmasin membangun dan memberdayakan ruang terbuka hijau berbasis sungai memenangkan lomba blog KemenPUPR bekerja sama dengan Kompasiana dan mendapatkan hadiah uang cash yang lumayan besar plus terbang ke Pulau Bali. Inilah momen titik balik ngompasiana saya. 

Dari yang tadinya hanya ingin menikmati "ngopi-ngopi cantik" eh ngompasiana cantik maksudnya, lha kok keterusan kepingin "ngopi-ngopi yang dibayar" he...he...he.... Tapi ya kenapa tidak!? Selain menghasilkan cuan, mengikuti lomba menulis secara rutin jelas akan mengasah kemampuan menulis dan pastinya itu sangat bermanfaat. Betul!?


Gayung bersambut! Intensitas even lomba menulis di Kompasiana setelah itu juga terus meningkat dengan hadiah yang menggoda dan pastinya nggak kaleng-kaleng. Sampai disini, magnet untuk terus ngompasiana juga semakin kuat dan semangat. Alhamdulillah, hasilnya juga berbanding lurus! 

Rumusnya ternyata sederhana! Semakin sering ikut lomba menulis, maka semakin besar juga probabilitas untuk memenangkannya! 

Sekali lagi Alhamdulillah, dari memenangkan lomba-lomba ngompasiana, beragam hadiah sudah pernah saya dapatkan. Mulai saldo e wallet senilai sepuluh ribuan sampai uang cash puluhan juta, juga barang-barang comel mulai dari level kartu mainan, kaos, sampai smartphone dan sepeda gunung dari merek ternama. Keren kan!?

Baca Juga: Asal-usul Istilah "Hattrick" dan Kisahku "Tentangnya"

Tidak hanya itu! Tentu saya tidak akan pernah bisa melupakan serunya jalan-jalan ke berbagai destinasi eksotis Nusantara hadiah ngompasiana, terutama healing ke 3 destinasi keren berikut, yaitu Pulau Bali, Kepulauan Derawan dan tentunya "si bayi ajaib" berjuluk the hidden paradise, DSP Likupang di Minahasa Utara. Iki uenak tenan son!?

Di Lihaga, Likupang | @kaekaha
Di Lihaga, Likupang | @kaekaha

Asyik bukan!? Inilah alasan saya menyebut hubungan saya dengan kompasiana itu selayaknya simbiosis mutualisme yang intinya sih, sama-sama saling menguntungkan. 

Terbukti! Hasil memang tidak akan mengkhianati prroses. 

Tidak hanya itu, sejak saat itu juga saya mulai merasa perlu untuk memanggungkan tema-tema budaya, khususnya folklore Banjar dalam materi artikel saya. 

Selain temanya "saya banget"! Sejauh pengamatan saya sebagai pendatang di Banua Banjar, masih banyak juga pernak-pernik budaya Banjar yang belum terekam dan terdokumentasi, sehingga produk literasinya yang sangat bermanfaat sebagai bahan referensi bagi siapa saja yang memerlukan, termasuk bagi para pendatang sebagai bagian untuk beradaptasi, justeru sering tidak ditemukan saat diperlukan.

Suatu ketika waktu lagi menjemput anak-anak pulang sekolah, tidak sengaja saya mendengarkan paparan tentang kain sasirangan khas Banjar oleh penyiar RRI dan jantung saya langsung berdegup kencang ketika dia meyebut nama saya dan juga judul artikel yang saya tulis di Kompasiana, sebagai referensi paparannya. Duh rasanya saat itu....

Artikel bertema budaya Banjar, kelak memang menjadi trademark atau ciri khas saya di Kompasiana, meskipun sebenarnya banyak juga Kompasianer lain yang juga menuliskannya dengan maksud yang kurang lebih sama, yaitu untuk memperkenalkan beragam kearifan budaya Banjar kepada masyarakat Nusantara.

Ciri khas atau spesialisasi ini menurut saya sangat diperlukan oleh seorang penulis. Di Kompasiana spesialisasi ini terbukti menjadi "jalan ninja" saya mendapatkan centang biru dan "hadiah spesial" di Kompasianival 2020. Apa itu?

Inilah salah satu kunci eksistensi saya ngompasiana dan ini relate banget dengan hobi saya menulis ala-ala ensiklopedia yang artikelnya evergreen dan tidak ada basi-basinya.

Cita-cita saya, suatu saat nanti tulisan bertema folklore Banjar karya saya di Kompasiana bisa dibukukan dan disebar ke semua perpustakaan sekolah dan umum di Kalimantan Selatan dan Indonesia sebagai dokumentasi dan bahan bacaan, tentu akan sangat bermanfaat. Insha Allah


Pencapaian terbaik saya ngompasiana akhirnya berlabuh di tahun ke-7 atau tahun 2020. Setelah di dua edisi Kompasianival sebelumnya (2018 dan 2019) hanya ending masuk nominasi saja, akhirnya di 2020 atau setelah hattrick masuk nominasi, plakat best in Citizen Journalism akhirnya terbang juga ke Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! Alhamdulillah. Terima kasih Kompasiana untuk apresiasi cantiknya.

Kerennya, Kompasianival edisi ke-10 tahun 2020 ini akan tercatat dalam sejarah sebagai kompasianival spesial lho!

Bukan karena mencatat nama saya sebagai salah satu pemenang lho ya! Tapi karena Kompasianival 2020 menjadi even lebaran para kompasianer "pertama" yang dilakukan secara daring alias online. Lhaaah pesta seperti Kompasianival kok daring!?

Pandemi Covid-19 yang saat itu sedang gencar-gencarnya menginvasi dunia menyebabkan berbagai pembatasan dan pengetatan sosial oleh pemerintah. Akibatnya, semua aktivitas masyarakat wajib lebih banyak dilakukan dari rumah saja dan even akbar Kompasianival yang pasti mendatangkan massa, terpaksa harus dimodifikasi juga, menjadi online dan ini juga berlaku di even Kompasianival tahun 2021. 


Pasang Surut Ngompasiana

Seperti layaknya "hubungan dua insan" lainnya, hubungan simbiosis mutualisme saya dengan Kompasiana juga tidak selalu mulus-mulus saja. Ada juga kok nggronjal-nggronjalnya juga! 

Salah satunya yang sampai hari ini masih saja membuat saya merasa insecure adalah nasib akun saya yang sebenarnya sudah diujung tanduk, sejak beberapa tahun lalu! Haaaa lho kok bisa? 

Memang agak unik dan ajaib juga sih! Beberapa tahun lalu, sayang saya lupa tepatnya dan hanya ingat saat itu artikel saya masih di angka 400-an. Setelah "diam-diam" dianugerahi centang biru, tiba-tiba beberapa waktu berikutnya saya juga mendapatkan SP alias surat peringatan ke-4 yang ditandai oleh terhapusnya artikel saya yang posting sehari sebelumnya dan notif pemberitahuan dari admin di media chat Kompasiana. Itu artinya, tinggal sekali saja terpeleset, maka tamatlah akun saya! Duh bagaimana nasib artikel-artikel saya nantinya?

Saya yang secara hitung-hitungan angka sebenarnya tergolong kurang produktif dalam menulis, 1 dekade ngompasiana hanya bisa menulis 650-an artikel saja! Jadi semakin insecure dengan hubungan yang sedang nggronjal ini. Sampai kapan ya status SP4 berlaku. Mungkin ada yang bisa jawab!? Jadi harus hati-hati ya!?


Bersyukurnya, Kompasiana akhirnya membuat "mainan baru" untuk sedikit mengusir kegalauan, sekaligus menambah pengalaman ngompasiana dengan cara yang berbeda, lebih seru dan asyik lagi, yaitu dengan berkomunitas di ruang temu. Ini yang akan semakin meramaikan "warung kopi" kita!

Jujur, sekarang saya tertantang untuk membangunkan lagi komunitas Kompasianer dari Kalimantan Selatan yang dikenal sebagai KOMBATAN, Kompasianer Banua Kalimantan Selatan yang sekarang sedang mati suri, hidup segan matipun tak mau meskipun sebenarnya baru sebulan yang lalu berulang tahun ke-7.

Oya bagi teman-teman Kompasianer yang merasa punya ikatan apa saja dengan Suku Banjar, Banjarmasin, Kalimantan Selatan atau Pulau Kalimantan boleh kok gabung di KOMBATAN (silakan klik di sini untuk info lebih detail) sekaligus kita sharing-sharing apa saja untuk progres pemberdayaan KOMBATAN dan juga Para-KOMBATAN, para Kompasianer Anggota KOMBATAN agar lebih berdaya guna!

Semoga Bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | Dok. KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | Dok. KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun