Asyik bukan!? Inilah alasan saya menyebut hubungan saya dengan kompasiana itu selayaknya simbiosis mutualisme yang intinya sih, sama-sama saling menguntungkan.Â
Terbukti! Hasil memang tidak akan mengkhianati prroses.Â
Tidak hanya itu, sejak saat itu juga saya mulai merasa perlu untuk memanggungkan tema-tema budaya, khususnya folklore Banjar dalam materi artikel saya.Â
Selain temanya "saya banget"! Sejauh pengamatan saya sebagai pendatang di Banua Banjar, masih banyak juga pernak-pernik budaya Banjar yang belum terekam dan terdokumentasi, sehingga produk literasinya yang sangat bermanfaat sebagai bahan referensi bagi siapa saja yang memerlukan, termasuk bagi para pendatang sebagai bagian untuk beradaptasi, justeru sering tidak ditemukan saat diperlukan.
Suatu ketika waktu lagi menjemput anak-anak pulang sekolah, tidak sengaja saya mendengarkan paparan tentang kain sasirangan khas Banjar oleh penyiar RRI dan jantung saya langsung berdegup kencang ketika dia meyebut nama saya dan juga judul artikel yang saya tulis di Kompasiana, sebagai referensi paparannya. Duh rasanya saat itu....
Artikel bertema budaya Banjar, kelak memang menjadi trademark atau ciri khas saya di Kompasiana, meskipun sebenarnya banyak juga Kompasianer lain yang juga menuliskannya dengan maksud yang kurang lebih sama, yaitu untuk memperkenalkan beragam kearifan budaya Banjar kepada masyarakat Nusantara.
Ciri khas atau spesialisasi ini menurut saya sangat diperlukan oleh seorang penulis. Di Kompasiana spesialisasi ini terbukti menjadi "jalan ninja" saya mendapatkan centang biru dan "hadiah spesial" di Kompasianival 2020. Apa itu?
Inilah salah satu kunci eksistensi saya ngompasiana dan ini relate banget dengan hobi saya menulis ala-ala ensiklopedia yang artikelnya evergreen dan tidak ada basi-basinya.
Cita-cita saya, suatu saat nanti tulisan bertema folklore Banjar karya saya di Kompasiana bisa dibukukan dan disebar ke semua perpustakaan sekolah dan umum di Kalimantan Selatan dan Indonesia sebagai dokumentasi dan bahan bacaan, tentu akan sangat bermanfaat. Insha Allah
Pencapaian terbaik saya ngompasiana akhirnya berlabuh di tahun ke-7 atau tahun 2020. Setelah di dua edisi Kompasianival sebelumnya (2018 dan 2019) hanya ending masuk nominasi saja, akhirnya di 2020 atau setelah hattrick masuk nominasi, plakat best in Citizen Journalism akhirnya terbang juga ke Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! Alhamdulillah. Terima kasih Kompasiana untuk apresiasi cantiknya.
Kerennya, Kompasianival edisi ke-10 tahun 2020 ini akan tercatat dalam sejarah sebagai kompasianival spesial lho!
Bukan karena mencatat nama saya sebagai salah satu pemenang lho ya! Tapi karena Kompasianival 2020 menjadi even lebaran para kompasianer "pertama" yang dilakukan secara daring alias online. Lhaaah pesta seperti Kompasianival kok daring!?