Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Pesan Cinta dari "Kiamat Kecil" Kedarnath

20 Oktober 2023   21:43 Diperbarui: 21 Oktober 2023   18:21 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mansoor Menggendong Peziarah Menuju Kerdanath | bollywoodhungama.in

Baca Juga:  "Baik, Malihat Kemos, Bah!"

Dari momen bencana alam ini, munculah Mansoor layaknya "from zero to hero". Dikisahkan berhasil menyelamatkan banyak warga di kampungnya, termasuk keluarga Mukku dan orang-orang yang telah menganiayanya, Mansoor benar-benar hadir layaknya seorang pahlawan.

Sayang seribu sayang, Mansoor sendiri akhirnya justeru tidak bisa menyelamatkan diri dari ganasnya banjir ini. 


Di akhir cerita, disebutkan ada 4300 korban jiwa dalam banjir bandang ini dan data ini berbeda dengan data dari relawan dan media yang menyebut lebih dari 10.000-an korban jiwa.

Selain 50.000-an jiwa yang diselamatkan oleh militer India dan sekitar 70.000-an lainnya yang dinyatakan hilang, tidak diketemukan. Ngeri?

Baca Juga: Jejak Diplomasi Film Religi Membumikan Islam yang Rahmatan Lil Alamin

Film Kedarnath ini memang hanya menggambarkan sebagian kecil saja dari bencana alam mematikan yang tidak akan mungkin dilupakan oleh masyarakat Uttarakhand, tapi dari film yang memilih mengakhiri ceritanya dengan sad ending ini, kita bisa belajar banyak bagaimana "cara kerja" cinta yang tulus menyelamatkan kehidupan. Begitu juga dengan kecintaan kita pada bumi dan alam seisinya! 

Jujur, saya sedih sekali menonton ending film ini. Bukan saja karena Mukku dan Mansoor yang tidak bisa bersatu, tapi juga konsistensi saya (atau mungkin kita?) yang sampai detik ini masih saja belum bisa mengejawantahkan rasa cinta kita kepada bumi kita dengan perilaku yang lebih konkrit. Masih membuang sampah di sungai atau masih membakarnya secara sembarangan? Masih suka menebang pohon dan tidak pernah tergerak untuk menanaminya? Belum juga mengendalikan penggunaan bahan bakar fosil? Sampai kapan!?

Jangan-jangan kita juga punya andil sebagai pemicu terjadinya tragedi banjir bandang di Uttarakhand pada 2013 silam! 

Kebiasaan-kebiasaan kita yang sama sekali tidak ramah lingkungan bisa jadi ikut menyebabkan global warming yang memicu pecah dan longsornya gletser-gletser raksasa di berbagai lokasi gunung-gunung atau padang-padang es yang sebelumnya kita anggap akan abadi, termasuk salah satunya di pegunungan Himalaya yang menyebabkan banjir bandang di Uttarakhand.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun