Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keliling Indonesia Bersama Pak De!

19 November 2024   13:32 Diperbarui: 19 November 2024   13:35 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sunrise di Batas Horison Perairan Pulau Bangka-Belitung, Bersama Pak De! | @kaekaha

"Lha kalau Pak De sarapannya apa?" Tanyaku kepada Pak De sambil mengacungkan tangan lagi, berbarengan  dengan guru senior kesayangan kami itu membalikkan badan, sepertinya hendak menuju tempat duduknya.

"Ooooooo! Pak De tadi pagi sarapan Soto Kebo le. Oh iya, ada yang tahu atau mungkin pernah dengar sejarah uniknya Soto Kebo atau Soto Kerbau?" Tanya Pak De kepada kami.

Mendengar pertanyaan Pak De, kami hanya menggeleng-gelengkan kepala, tanda kami tidak tahu jawabannya. Jangankan menjawabnya, mendengar ada makanan Soto Kebo saja, baru hari ini dari Pak De!

"Alhamdulillah, Bu De tadi pagi dapat wewehan dari tetangga belakang rumah. Orang  asli Kudus, Jawa Tengah yang baru saja pulang kampung dan membawa oleh-oleh Soto Kebo asli dari kampung halamannya". Pak De membeberkan rahasianya bisa sarapan Soto Kebo.

Baca Juga Yuk, Cerpen "Sepeda-Sepeda Persembahan dari Langit"

Begitulah suasana hari-hari kami belajar bersama Pak De, guru paling unik, nyentrik dan "sakti mandraguna" yang pernah saya temui dan sepertinya juga teman-teman saya, anak-anak kelas 4 Sekolah Dasar Inpres di bagian Timur Laut kaki Gunung Lawu, Jawa Timur.

Suyitno, begitulah nama asli beliau yang tertulis di emblem yang menempel di semua baju yang beliau pakai untuk mengajar kami. 

Tapi uniknya, nama Suyitno yang menurut beliau diadopsi orang tua beliau dari kosakata Bahasa Sansekerta yang berarti waspada atau hati-hati itu justeru serasa asing di lingkungan sekolah kami!

Entah bagaimana awal mulanya, menurut ibu dan bapak saya yang juga murid beliau semasa sekolah di SD ini, saat itu beliau sudah dipanggil Pak De dan itu bukan murid-muridnya saja, tapi juga semua guru dan perangkat sekolah, semuanya memanggil beliau Pak De, bukan Pak Guru apalagi Pak Yitno, nama asli beliau!

Menariknya, mungkin karena tuah panggilan Pak De itu juga yang menjadikan beliau sangat dihormati di sekolah, apalagi oleh kami murid-muridnya. Beliau sudah kami anggap seperti orang tua kami sendiri. Inilah alasan kami menyebut beliau itu guru yang unik. Gayanya beda!

Sakti mandraguna? Ya betul! Pak De itu memang guru yang sakti mandraguna! Bagaimana tidak? Setiap jam belajar IPS bersama Pak De, putaran waktu jam pelajaran kami serasa lebih cepat, hingga waktu belajar juga menjadi jauh lebih singkat dari mata pelajaran lainnya. Aneh bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun