Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ini Serunya 18 Jam "Mampir" di Bali

26 Mei 2023   21:49 Diperbarui: 27 Mei 2023   11:04 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah acara selesai, sekitar jam 10-an WITA, sepertinya banyak tamu undangan yang langsung masuk ke kamar masing-masing untuk istirahat, tapi tidak dengan saya! Singkatnya "menit bermain" saya di Bali kali ini, mengharuskan saya memutar otak agar bisa memaksimalkan waktu di Bali untuk menambah wawasan baru dan terbaru, pilihan terbaik akhirnya kembali  mengaktifkan GPS  alias  Gunakan Penduduk Setempat he...he...he...!

Kebetulan, ada Ustad Imam Tumaji, sahabat saya yang dulu pernah PKL bareng di Hotel Natour  (sekarang Hotel Indonesia) Bali tahun 1997, sekarang sudah menjadi orang Bali dan siap menjadi guide saya menghabiskan "menit bermain" di Bali yang tinggal beberapa jam saja. Sekitar jam 23.00 WITA sampai lepas tengah malam, beliau mengajak saya berkeliling Kota Denpasar, khususnya titik-titik landmark kebanggan Kota berjuluk Parijs Van Bally ini, termasuk hotel tempat kita PKL, rumah beliau sekarang dan tempat makan tengah malam yang sayangnya saya lupa namanya. Kerennya, beliau juga menjelaskan banyak hal terkait berbagai landmark yang juga menjadi spot-spot pariwisata Kota Denpasar.

Sunrise di Pantai Sanur | @kaekaha
Sunrise di Pantai Sanur | @kaekaha

Paginya, sebelum saya, Kang Ali Muakhir dan Martino (pemenang lomba blog) berangkat sarapan di resto tepian pantai Sanur, sahabat saya Ustad Imam Tumaji sudah hadir di kamar saya dengan membawa "pesanan spesial" saya, setumpuk koran lokal Bali, fresh terbitan hari itu yang bakal masuk lemari koleksi saya.  Akhirnya, kami berempat sama-sama berangkat untuk sarapan aneka kuliner Bali di resto sambil menyusun roadmap detik-detik terakhir perjalanan di Bali ditemani sunrise mentari yang luar biasa indah! Bisakan ngebayangin indahnya?

Setelah beberapa saat sempat menikmati fragmentasi pagi di Pantai Sanur yang sarat pesona, kami akhirnya beraudiensi dengan pihak KemenPUPR, sekaligus menyelesaikan berbagai administrasi dengan official untuk berbagai keperluan, termasuk hadiah, uang saku dan pernak-pernik lainnya sampai sekitar jam 10.00 WITA. Pesawat saya ke Banjarmasin transit Surabaya terbang jam 12.50 WITA, artinya masih ada space waktu hampir 2 jam untuk kembali mengeksplor Kota Denpasar, khususnya untuk mencari buah tangan buat keluarga di rumah, karena sejam sebelum take off saya harus sudah boarding.


Inilah fungsi "GPS" yang paling nyata! Tidak hanya bisa memaksimalkan waktu yang sangat terbatas untuk menemukan titik-titik untuk mendapatkan buah tangan terbaik bagi keluarga, seperti di pusat oleh-oleh Erlangga 2 dan Krisna di Jl. Nusa Kambangan, juga di JOGER, tapi juga memahami etika saat harus bertemu dengan berbagai kearifan lokal yang memang harus dihormati, seperti saat kami melewati salah satu ruas jalan (kalau tidak salah namanya jalan Tukad Bilah) yang saat itu banyak dijaga oleh pecalang, sementara sebagian lainnya mengatur lalu lintas, karena ada iring-iringan warga sepanjang 500-an meter yang menurut Ustad Imam Tumaji sedang mempersiapkan upacara ngaben, saat itu beliau memelankan laju kendaraanya yang tadinya ngebut.

Sayangnya, hari itu pas weekend, jalanan dan pusat oleh-oleh penuh pengunjung dan waktu hampir 2 jam yang kami miliki sepertinya nggak cukup. Benar juga, jam 12 lebih sedikit WITA kami baru bisa meluncur ke Bandara dan 15 menit berikutnya baru sampai di parkiran bandara, Ah bisa terlambat kita! 

Menikmati Sunrise di Pantai Sanur | @kaekaha
Menikmati Sunrise di Pantai Sanur | @kaekaha

Nyali saya semakin menciut ketika mengetahui lokasi booarding masih sekitar sekiloan lagi dari lokasi parkir dan harus jalan kaki. Alamaaaaaak!  Akhirnya Ustad Imam Tumaji langsung mengangkat barang oleh-oleh yang baru saja kita beli dan berteriak "lari......!" Saya yang terkaget-kaget spontan mengikuti larinya bapak 4 anak yang terlihat masih gesit itu sampai di pintu masuk yang melarang selain penumpang untuk masuk. Disini juga, akhirnya saya kembali berpisah dengan Ustad Imam Tumaji, sahabat yang hampir dua dekade atau selepas lulus kuliah tidak pernah bersua.

Setelah menemukan konter  boarding, betapa terkejutnya saya! Ya Allah, Alhamdulillah! Ternyata, pesawat yang akan membawa saya pulang ke Banjarmasin, transit Surabaya telat datang alias delay satu jam. 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun