Sampai saat ini, "hukum adat" yang di dalamnya juga melazimkan musyawarah-mufakat tersebut  masih tetap menjadi landasan norma serta perilaku komunal masyarakat Banjar dalam menyelesaikan masalah atau dalam konteks ini bisa saling maaf memaafkan agar tidak ada perasaan dendam antara pihak-pihak yang berselisih.
Menurut Prof. Dr. Ahmadi Hasan, M.H., cendekiawan UIN Antasari, Banjarmasin dalam desertasi doktoral nya menyebut, Â adat badamai merupakan upaya penyelesaian sengketa secara damai yang dikerjakan atau dilakukan secara berulang-ulang dan menjadi suatu kebiasaan yang lazim dan melembaga pada masyarakat Banjar.
Layaknya media "musyawarah" pada umumnya, adat badamai juga menjadi media komunikasi yang efektif untuk mempererat silaturahmi dan jalinan kekerabatan antar masyarakat, sehingga bisa memperkuat dan memperketat proses kontrol sosial dalam masyarakat.
Menariknya, pada perjalanannya ternyata adat badamai yang terbukti mampu meredam lahirnya berbagai perselisihan dan persengketaan, juga berhasil membentuk tradisi-tradisi kesahajaan yang merefleksikan kehati-hatian, mawas diri dan juga kontrol diri pada masyarakat agar "tidak mudah kebablasan" dalam praktik ber-muammallah dengan lingkungannya.
Baca Juga : Â "Menabung Gula", Tradisi Sehat Finansial Selama Ramadan ala Urang Banjar
Jika anda pernah berkesempatan beranjangsana ke Kota 1000 Sungai , Banjarmasin nan Bungas atau kota-kota lainnya, terlebih lagi yang ke arah kawasan pahuluan atau hulu sungai di enam kabupaten paling Utara Kalimantan Selatan, tradisi-tradisi sahaja yang sebelumnya mungkin tidak akan pernah terpikirkan, bisa kita temukan dangan mudah dalam aktifitas kehidupan sehari-hari.
Jika selesai berinteraksi dengan orang lain, termasuk seperti ngobrol,  makan bareng, olahraga bareng atau apa saja, apalagi selesai  bertransaksi jual beli, selain melakukan akad jual-beli yang tidak kalah uniknya, biasanya mereka juga meminta maaf, meminta ikhlas, meminta Ridha dan meminta halal! Nah lho...
Interaksi di Pasar Terapung | @kaekahaVerbal permintaan maaf Urang Banjar yang sebenarnya tidak dalam posisi salah saja sangat panjang, apalagi jika bersalah! Â Hal ini pernah saya tuliskan dalam artikel berjudul "Panjangnya Kalimat Permintaan Maaf Urang Banjar". Ini juga bagian dari kesahajaan mereka, bentuk mawas diri dan kehati-hatian agar interaksi diantara mereka sebelumnya tidak membawa dampak buruk yang membekas dihati. Apalagi sampai menyebabkan perselisihan dan pertengkaran sampai waktu yang lama.
Baca Juga  :  3 Treatment Tradisional "Galuh Banjar" Untuk Kulit Sehat dan Segar