Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Semangkuk "Bakwan Malang Pikulan" Penawar Kerinduan

24 April 2023   23:11 Diperbarui: 24 April 2023   23:18 2491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cak Mat Sedang Meracik Bakwan untuk Pembeli  | @kaekaha

Bagi para penikmat bakso nusantara, tentu sangat familiar dengan brand Bakso Malang atau sebagian orang Jawa Timur di seputaran Malang dan sekitarnya lebih familiar dengan sebutan "Bakwan Malang!" 

Nah, Bakwan Malang atau Bakso Malang ini merupakan salah satu kiblat perbaksoan nusantara yang begitu  populer di Indonesia. Tidak heran jika persebarannya di Indonesia selalu berdampingan dengan genre perbaksoan terkenal dan legendaris Nusantara lainnya semisal bakso Wonogiren dan Bakso Solo.

Uniknya, menyadari kompetisi dunia perbaksoan tidak hanya memerlukan "keseriusan" dalam mengolah dan meracik baksonya agar mempunyai citarasa yang berkelas, tapi juga memerlukan kreatifitas tanpa batas! Jauh-jauh hari para penjual Bakwan Malang sudah memperkenalkan cara berjualan Bakwan atau baksonya dengan cara yang eksentrik, yaitu dengan cara dipikul.

Baca Juga :  Sedapnya "Lempeng Mie Karih Daging" Khas Urang Banjar, Mau?

Menggabungkan kelezatan dan kesegaran dari sepaket komplet isian bakwan Malang yang sangat ramai dengan artistiknya rombong pikulan yang telah dimodifikasi sedemikian rupa hingga menjadi lebih compact dan full kompartemen, jelas sebuah kreatifitas berkelas di jamannya!  

Memang berjualan makanan dengan dipikul sebenarnya bukan ide baru dan juga lumayan berat, bahkan ada yang mengkritisi nya sebagai cara berjualan paling kuno! Karena sebelumnya di kampung saya sudah ada tukang soto ayam dan juga gule kambing yang lebih dulu berjualan dengan cara dipikul ini, tapi dengan ubarampe kelengkapan yang jauh lebih banyak dan pasti lebih berat, biasanya membutuhkan tenaga minimal 2 orang dewasa untuk menjajakannya. Ini bedanya!


Di kampung saya, di kaki Gunung Lawu perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, pada pertengahan dekade 80-an kedatangan rombongan keluarga besar pedagang bakwan Malang dari Turen Kabupaten Malang yang selanjutnya saya sebut sebagai "Konglomerasi Bakwan Malang", mencoba kreasi baru mereka menjajakan bakwan Malang dengan cara dipikul keliling kampung.

Baca Juga :  Wadai Ipau, "Pemersatu Tulang Berserak" Saat Lebaran

Cak Trimo, begitu kami akhirnya mengenal penjaja Bakwan Malang yang bersama keluarganya memperkenalkan kuliner yang memang mirip bakso tersebut di kampung kami sekitar tahun 80-an.

Dari beliau juga,  akhirnya saya mengetahui kalau Bakwan Malang itu memang bakso khas Malang yang isi sepaketnya terbilang rame di mangkok, karena ragam isinya memang banyak, seperti pentol kasar, pentol halus, pentol goreng, siomay basah, siomay goreng, tahu bakso, kubis isi adonan daging yang saya tidak tahu namanya dan mie kuning yang dibentuk bulat.

Cak Mat Sedang Meracik Bakwan untuk Pembeli  | @kaekaha
Cak Mat Sedang Meracik Bakwan untuk Pembeli  | @kaekaha

Dalam menyajikannya, bakwan Malang ini biasanya ditambah toping berupa bawang goreng dan daun kucai atau daun bawang bukan daun sop atau seledri seperti bakso pada umumnya. Inilah awal mula saya mengenal sedapnya Bakwan Malang dan juga eksentrik-nya cara mereka menjajakan dagangan baksonya! 

Sayangnya, sejak merantau di pertengahan 90-an, saya tidak tahu lagi kabar konglomerasi "Bakwan Malang" di kampung kami, selain kabar burung tentang masing-masing diantara mereka sudah pada sukses, menyebar dan mendirikan konglomerasi "bakwan Malang" yang baru di daerah baru lagi. Begitu seterusnya!

Sampai akhirnya sekitar 5 tahun silam, Allah SWT mempertemukan saya lagi dengan "konglomerasi Bakwan Malang" di pinggiran Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! Uniknya, dari beberapa pedagang bakwan Malang Pikulan yang saya temui, hanya sebagian kecil saja dari mereka yang berasal dari Malang Raya alias Malang dan sekitarnya, tapi semua mengaku dari Jawa Timur.

Isian Bakwan |@kaekaha
Isian Bakwan |@kaekaha

Cara dan ciri-ciri berdagang mereka masih relatif sama! Ubarampe kelengkapan  yang dipikul antara lain,  dandang untuk wadah kuah di sebelah kanan atau belakang berikut anglo pemanas dengan bahan bakar arang dan kotak kayu berkaca di sebelah kiri atau depan.  Konfigurasi depan belakang ini bisa dibolak-balik sesuai kebutuhan pemikul alias pedagangnya ya!

Kekhasan lain yang semakin menambah kuatnya aroma nostalgia jika bersua mereka adalah hadirnya bunyi khas tik-tok tik-tok tik-tok dengan nada unik dari sebilah bambu yang dipukul dengan sebatang bambu gilig sebesar kelingking anak kecil.

Baca Juga :  "Es Bilungka Batu" Sang Legenda Buka Puasa di Banua

Bunyi tik-tok tik-tok tik-tok yang keluar dari seruas batang bambu sepanjang sekitar 15 cm dengan lebar 5 cm yang sengaja dipukul berirama oleh pedagang yang memikulnya, selalu sukses membawa ingatan saya ke masa kecil di tanah kelahiran, sebuah kampung di kaki Gunung Lawu, Jawa Timur di era 80-an. Ini sangat memorable bagi saya!

Asal Bunyi Ti-tok | @kaekaha
Asal Bunyi Ti-tok | @kaekaha

"Panggil saja Cak Mat!", begitulah perkenalan saya dengan penjaja bakwan Malang Pikulan yang pertama kali saya temui di pinggiran Kota Banjarmasin yang saat itu mengaku asli juga dari Turen Kabupaten Malang, baru dua minggu  di Banjar dan baru seminggu terakhir keliling menjajakan "Bakwan Malang Pikulan" milik boss-nya yang juga tetangga sekampung di Turen, Malang. 

Uniknya, ketika saya tanya soal komisi atau gaji dan model pikulan yang dipakai untuk berjualan, Cak Mat memberikan jawaban krusial dan cukup menarik yang awalnya sama sekali tidak saya duga.

"Menurut boss saya, asalnya beliau ikut orang berjualan bakwan Malang ini di beberapa kota di Indonesia, mulai pakai gerobak dorong, becak dan gerobak sepeda motor dan beberapa lainnya, tapi lama kelamaan banyak saingan dan penjualan menurun. Akhirnya boss keluar untuk membuka mencoba  usaha sendiri dan baru sekarang masuk  Banjarmasin, dengan mencoba cara jualan Bakwan Malang jaman dulu yang katanya dengan cara dipikul. Mungkin karena terlihat unik dan berbeda, hasilnya lumayan bagus".

Khusus pendapatan, menurut Cak Mat dia tidak terima komisi atau gaji. Tapi karena boss-nya memberi semacam saham, jadi semua penjaja merasa ikut memiliki konglomerasi bakwan Malang ini dan tiap bulan mereka menerima pembagian keuntungan bersama, wah keren ini mah!

Bakwan Malang | @kaekaha
Bakwan Malang | @kaekaha

Hanya saja menurut Cak Mat, berjualan bakwan Malang dengan cara dipikul ini cukup menguras tenaga, karenanya memerlukan strategi khusus agar jualannya efektif dan efisien. 

Saat berangkat, berat beban pikulan dagangan Bakwan Malangnya menurut Cak Mat sekitar 40-45 kg. "Jadi tidak lebih berat dari satu sak semen", Kata Cak Mat yang mulai berangkat berjualan sekitar pukul 09.00 WITA dan akan pulang sekitar pukul 17.00 WITA.

Menurutnya, untuk menghemat tenaga, dia harus menentukan pos berjualan yang representatif di setiap jalur jualannya dan sebisa mungkin berusaha untuk selalu ontime sampai di pos tersebut agar pelanggan tidak kecele.

Sekarang, Cak Mat memang tidak lagi  setiap hari menjajakan Bakwan Malang-nya di sepanjang jalan Ahmad Yani Pal 6 atau sekitar batas kota sampai paling jauh ke Pal 8, karena sekarang beliau sudah punya anak buah sendiri dan terus berusaha mengembangkan rute jualan ke beberapa gang dan perumahan yang memang mengijinkan dirinya masuk, termasuk membuka kedai bakwan Malang yang manggon atau menetap.

Kompartemen Rombong | @kaekaha
Kompartemen Rombong | @kaekaha

Sejak saat itu, saya dan keluarga berlangganan Bakwan Malang Pikulan-nya Cak Mat. Kalaupun Cak Mat berhalangan setiap kami ingin mengudap Bakwan Malang-nya, biasanya kawan-kawan Cak Mat yang lain akan hadir menggantikan.

Sedikit berbeda dengan cara menjual Bakwan atau Bakso yang manggon atau menetap yang biasanya isian menu  dan harga perporsinya sudah fixed atau tetap, maka kalau berjualan dengan cara kelilingan seperti Cak Mat sebagian besar pembelinya menentukan sendiri apa jenis isian yang mau dimakannya yang otomatis juga menentukan harga yang harus dibayar. Ini juga unik!

Menurut Cak Mat, sangat jarang sekali pembeli mengikuti aturan menu dan harga porsian yang sebenarnya sudah ditentukan . "Inilah seninya menjajakan Bakwan keliling, Mas! Beli Lima ribuan-pun juga saya layani", Kata Cak Mat.

Banyak pengalaman unik yang dialami Cak Mat, selama menjajakan Bakwan Malang di Banjarmasin, salah satunya katanya paling nggak bisa lupa adalah terkait penyebutan pentol halus. 

Beberapa pembeli selalu menolak terus jika ditawari pentol halus. "Kenapa Ya? Bingung saya, Mas" Kata Cak Mat. Saya langsung tertawa mendengar keluhan Cak Mat terkait pentol halus-nya yang selalu ditolak oleh pembeli.

Bebas Memilih | @kaekaha
Bebas Memilih | @kaekaha

Saya bilang ke Cak Mat "Cak Mat, dalam bahasa Banjar, kata halus itu artinya kecil. Jadi, kalau menawari pentol halus pasti ditolak karena dikira Cak Mat menawari pentol berukuran kecil". 

"Makanya,  Cak Mat harus segera belajar bahasa Banjar! Biar nggak sering salah paham", Saran saya pada Cak Mat yang membuatnya senyum-senyum sendiri.

Tidak hanya itu! Istilah Bakwan Malang yang tertulis di rombong pikulan-nya ternyata juga berpotensi menimbulkan kesalah pahaman masal. Karena di Banjarmasin, kata bakwan artinya gorengan yang di Jawa disebut Ote-Ote, Heci atau Hongkong, makanya ketika membaca Bakwan Malang dikiranya menjual gorengan dari Malang.

Tampak Samping | @kaekaha
Tampak Samping | @kaekaha

Terkait pemahaman antara Bakso Malang dan Bakwan Malang, ternyata di Banjarmasin juga sangat sering ditanyakan oleh para pelanggannya dan biasanya, ini menjadi quality time bagi Cak Mat untuk mengedukasi pasarnya dengan memberi penjelasan sedetail mungkin tentang Bakwan Malang yang sejatinya ya Bakso versi Orang Malang. 

Menurut saya, Bakwan Malang-nya Cak Mat dan konglomerasinya ini, isiannya relatif lengkap, ada pentol halus, pentol kasar, Siomay basah, siomay goreng, tahu bakso dan mie kuning yang dibentuk bulat.

Kalau soal rasa, menurut saya taste kuah Bakwan Malang Cak Mat memang sedikit berbeda dengan Bakwan Malang yang taste-nya sudah ada di alam bawah sadar saya sejak puluhan tahun silam, maklum  aktivis penikmat kuliner berkuah kaldu he...he...he....

Tapi apapun itu, pertemuan dan persahabatan saya dengan Cak Mat berikut olahan semangkuk bakwan Malang-nya, juga gerobak pikulannya yang sederhana plus pukulan ritmis pada bilah bambu yang selalu digenggam tangan kirinya cukup menjadi penawar rindu pada citarasa otentik sebuah mahakarya kuliner khas Nusantara, Bakwan Malang, sekaligus indahnya masa kecil di sebuah kampung yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem, kerta lan raharja di kaki  gunung Lawu.

Terima kasih Cak Mat!  

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun