Uniknya, ketika saya tanya soal komisi atau gaji dan model pikulan yang dipakai untuk berjualan, Cak Mat memberikan jawaban krusial dan cukup menarik yang awalnya sama sekali tidak saya duga.
"Menurut boss saya, asalnya beliau ikut orang berjualan bakwan Malang ini di beberapa kota di Indonesia, mulai pakai gerobak dorong, becak dan gerobak sepeda motor dan beberapa lainnya, tapi lama kelamaan banyak saingan dan penjualan menurun. Akhirnya boss keluar untuk membuka mencoba  usaha sendiri dan baru sekarang masuk  Banjarmasin, dengan mencoba cara jualan Bakwan Malang jaman dulu yang katanya dengan cara dipikul. Mungkin karena terlihat unik dan berbeda, hasilnya lumayan bagus".
Khusus pendapatan, menurut Cak Mat dia tidak terima komisi atau gaji. Tapi karena boss-nya memberi semacam saham, jadi semua penjaja merasa ikut memiliki konglomerasi bakwan Malang ini dan tiap bulan mereka menerima pembagian keuntungan bersama, wah keren ini mah!
Hanya saja menurut Cak Mat, berjualan bakwan Malang dengan cara dipikul ini cukup menguras tenaga, karenanya memerlukan strategi khusus agar jualannya efektif dan efisien.Â
Saat berangkat, berat beban pikulan dagangan Bakwan Malangnya menurut Cak Mat sekitar 40-45 kg. "Jadi tidak lebih berat dari satu sak semen", Kata Cak Mat yang mulai berangkat berjualan sekitar pukul 09.00 WITA dan akan pulang sekitar pukul 17.00 WITA.
Menurutnya, untuk menghemat tenaga, dia harus menentukan pos berjualan yang representatif di setiap jalur jualannya dan sebisa mungkin berusaha untuk selalu ontime sampai di pos tersebut agar pelanggan tidak kecele.
Sekarang, Cak Mat memang tidak lagi  setiap hari menjajakan Bakwan Malang-nya di sepanjang jalan Ahmad Yani Pal 6 atau sekitar batas kota sampai paling jauh ke Pal 8, karena sekarang beliau sudah punya anak buah sendiri dan terus berusaha mengembangkan rute jualan ke beberapa gang dan perumahan yang memang mengijinkan dirinya masuk, termasuk membuka kedai bakwan Malang yang manggon atau menetap.
Sejak saat itu, saya dan keluarga berlangganan Bakwan Malang Pikulan-nya Cak Mat. Kalaupun Cak Mat berhalangan setiap kami ingin mengudap Bakwan Malang-nya, biasanya kawan-kawan Cak Mat yang lain akan hadir menggantikan.
Sedikit berbeda dengan cara menjual Bakwan atau Bakso yang manggon atau menetap yang biasanya isian menu  dan harga perporsinya sudah fixed atau tetap, maka kalau berjualan dengan cara kelilingan seperti Cak Mat sebagian besar pembelinya menentukan sendiri apa jenis isian yang mau dimakannya yang otomatis juga menentukan harga yang harus dibayar. Ini juga unik!