Dalam menyajikannya, bakwan Malang ini biasanya ditambah toping berupa bawang goreng dan daun kucai atau daun bawang bukan daun sop atau seledri seperti bakso pada umumnya. Inilah awal mula saya mengenal sedapnya Bakwan Malang dan juga eksentrik-nya cara mereka menjajakan dagangan baksonya!Â
Sayangnya, sejak merantau di pertengahan 90-an, saya tidak tahu lagi kabar konglomerasi "Bakwan Malang" di kampung kami, selain kabar burung tentang masing-masing diantara mereka sudah pada sukses, menyebar dan mendirikan konglomerasi "bakwan Malang" yang baru di daerah baru lagi. Begitu seterusnya!
Sampai akhirnya sekitar 5 tahun silam, Allah SWT mempertemukan saya lagi dengan "konglomerasi Bakwan Malang" di pinggiran Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! Uniknya, dari beberapa pedagang bakwan Malang Pikulan yang saya temui, hanya sebagian kecil saja dari mereka yang berasal dari Malang Raya alias Malang dan sekitarnya, tapi semua mengaku dari Jawa Timur.
Cara dan ciri-ciri berdagang mereka masih relatif sama! Ubarampe kelengkapan  yang dipikul antara lain,  dandang untuk wadah kuah di sebelah kanan atau belakang berikut anglo pemanas dengan bahan bakar arang dan kotak kayu berkaca di sebelah kiri atau depan.  Konfigurasi depan belakang ini bisa dibolak-balik sesuai kebutuhan pemikul alias pedagangnya ya!
Kekhasan lain yang semakin menambah kuatnya aroma nostalgia jika bersua mereka adalah hadirnya bunyi khas tik-tok tik-tok tik-tok dengan nada unik dari sebilah bambu yang dipukul dengan sebatang bambu gilig sebesar kelingking anak kecil.
Baca Juga : Â "Es Bilungka Batu" Sang Legenda Buka Puasa di Banua
Bunyi tik-tok tik-tok tik-tok yang keluar dari seruas batang bambu sepanjang sekitar 15 cm dengan lebar 5 cm yang sengaja dipukul berirama oleh pedagang yang memikulnya, selalu sukses membawa ingatan saya ke masa kecil di tanah kelahiran, sebuah kampung di kaki Gunung Lawu, Jawa Timur di era 80-an. Ini sangat memorable bagi saya!
"Panggil saja Cak Mat!", begitulah perkenalan saya dengan penjaja bakwan Malang Pikulan yang pertama kali saya temui di pinggiran Kota Banjarmasin yang saat itu mengaku asli juga dari Turen Kabupaten Malang, baru dua minggu  di Banjar dan baru seminggu terakhir keliling menjajakan "Bakwan Malang Pikulan" milik boss-nya yang juga tetangga sekampung di Turen, Malang.Â