Menikmati liburan di Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur tentu tidak akan terasa lengkap jika melewatkan "eksklusifnya" keunikan, keajaiban sekaligus kecantikan alam sang primadona, Pulau Kakaban.
Eksotika Laguna Kakaban
Di pulau seluas 774,2 ha yang berbentuk seperti angka 9 ini, di bagian tengahnya terdapat "danau purba" berusia jutaan tahun berair payau layaknya laguna.
Uniknya, ekosistem Laguna atau danau air payau yang menjadi habitat beragam spesies flora dan fauna endemik yang sangat langka hasil proses evolusi dan adaptasi yang sangat lama ini, berasal dari ekosistem laut yang terjebak di tengah-tengah atol yang terangkat, sampai ketinggian 40-60 mdpl, akibat pergerakan lempeng kulit bumi dalam aktifitas geologi yang diperkirakan terjadi 1-2 juta tahun yang lalu.
Tahukah anda, konfigurasi alam seperti Laguna ubur-ubur purba di pulau Kakaban ini hanya ada dua di dunia, selain ekosistem Laguna Pulau Kakaban sendiri, satunya lagi sebuah Laguna di kepulauan Mikronesia, hanya saja Kakaban mempunyai diversity biota yang jauh lebih banyak, khususnya untuk jenis ubur-ubur atau jelly fish-nya! Ini jelas bikin bangga berwisata di Indonesia.
View ekosistem danau yang dikelilingi oleh daratan batuan karst dengan lapisan tanah permukaan yang dangkal tapi tertutup vegetasi hutan yang relatif lebat dan masih perawan, menjadikan danau ini seperti berada dalam pelukan daratan di sekelilingnya. Konon dari view inilah, nama Kakaban yang dalam bahasa lokal setempat berarti "pelukan" akhirnya tersemat pada pulau super eksotis ini.
Mengeksplorasi Pulau Kakaban
Untuk mengeksplorasi Pulau Kakaban, perjalanan udara dari kota-kota di Nusantara harus menuju Balikpapan, Kalimantan Timur dulu. Dari Balikpapan, perjalanan bisa dilanjut dengan dua alternatif moda transportasi. Jika mau cepat, bisa melanjutkan perjalanan udara menuju Berau dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan. Sedangkan alternatif kedua, dengan menggunakan jalur perjalanan darat menuju kota yang sama, Berau tapi dengan waktu tempuh antara 12-15 jam perjalanan.
Sesampai di Berau bisa menginap dulu untuk istirahat, Â atau langsung melanjutkan perjalanan menuju Derawan, dengan menggunakan Speedboat dengan waktu tempuh antara 2-3 jam perjalanan, tergantung dari cuaca dan gelombang laut. Dari Derawan, untuk menuju pulau Kakaban masih memerlukan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan yang juga sangat tergantung pada cuaca dan gelombang laut.
Di Pulau Kakaban, Speedboat hanya bisa tambat di dermaga pulau yang menjorok ke tengah laut pada saat air pasang saja, makanya perjalanan dari dan ke Pulau Kakaban ini tidak bisa seenaknya, tapi harus menyesuaikan dengan ritme alami pasang surut air laut.
Baca Juga : Â "Menabung Gula", Tradisi Sehat Finansial Selama Ramadan ala Urang Banjar
Sesampai di dermaga, kita bisa langsung melihat betapa indahnya konfigurasi alam Pulau Kakaban. Air laut yang begitu jernih bisa memperlihatkan berbagai biota laut yang ada didalamnya, semetara itu dari arah pulau, tampak hutan lebat yang sama sekali tidak menyisakan ruang kosong. Segar pokoknya sejauh mata memandang!
Perjalanan dari ujung dermaga sampai di Pulau Kakaban berupa titian dari kayu besi, lumayan jauh juga jaraknya dan ternyata untuk sampai ke Laguna atau danau purba di tengah-tengah pulau, kita masih harus meneruskan perjalanan diatas Titian kayu kira-kira sejauh 500-an meter lagi dengan menerobos kanopi hutan yang rindang dan sejuk menyegarkan.
 Di sepanjang perjalanan, kita akan menemukan tegakan pohon-pohon khas endemik ekosistem Pulau Kakaban yang tumbuh subur alamiah dan tidak seberapa lama lagi, dermaga kayu yang sengaja dibuat pengelola untuk pengunjung yang ingin menikmati keheningan danau purba Kakaban tampak begitu menggoda!
Dari dermaga kayu di tepian Laguna purba ini, kita tidak hanya bisa menyapu view alami ekosistem Laguna purba yang ditepiannya seperti berpagar hutan yang lebat saja, tapi kita juga bisa melihat tingkah lucu 4 jenis ubur-ubur lucu tanpa sengat yang berenang-renang kesana kemari, ada ubur-ubur bulan Aurelia aurita (5- 50 cm), ubur-ubur totol Mastigias papua (1-20 cm), ubur-ubur kotak Tripedalia cystophora (7-10 mm) dan ubur-ubur terbalik Cassiopea ornata (15- 20 cm).
Nah, menyaksikan bentuk dan tingkah lucu ubur-ubur transparan yang sepertinya tidak punya rasa lelah itu, saya merasa ego dan keserakahan saya sebagai manusia, sebagai penguasa, tiba-tiba luruh. Saya benar-benar tidak tega untuk melanjutkan eksplorasi saya lebih jauh, nyebur dan bersenang-senang dengan ubur-ubur purba dengan berenang-renang atau setidaknya merendam tubuh di dalam laguna, meskipun aturannya  sangat memperbolehkan aktifitas tersebut asal memenuhi beberapa syarat seperti tidak boleh memakai lotion atau kosmetik dan juga kaki katak  (diving fins) untuk berenang, karena bisa melukai dan mebunuhnya!
Memang sih, sebenarnya untuk menjaga kelestarian alam Laguna ubur-ubur purba di Pulau Kakaban sudah ada panduan dari pihak pengelola, seperti tidak meninggalkan apa saja (apalagi sampah) yang kita bawa di pulau Kakaban, terutama di Laguna Ubur-ubur Purba, karena akan sangat membahayakan habitat unik dan eksklusifnya.
Baca Juga : Â "Ngeri-ngeri Sedap" Mudik Melalui Jalur Sungai Barito
Tapi jujur, bagi saya pribadi itu belum cukup! Menurut saya akan lebih sempurna kalau konsep wisata di Laguna ubur-ubur purba Pulau Kakaban bukan wisata umum, tapi wisata khusus pendidikan dan penelitian, persis seperti amanat Permenhut No.57 tahun 2008 dan Surat Keputusan Bupati Berau No.70 tahun 2004.
Kalaupun terpaksa tetap bisa dikunjungi masyarakat umum, tidak semestinya pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan ubur-ubur dengan berenang, snorkling, bahkan menyelam sampai dasar, tapi cukup dengan memantau dan mengamati dari dermaga saja.Â
Klausul ketentuan ini, sangat bermanfaat untuk melindungi eksklusifitas dan private teritory ekosistem Laguna purba yang saya yakin sebenarnya juga "mempunyai aturannya sendiri sejak jutaan tahun silam"!
Saya berharap, kelak kita semua, terutama anak-cucu kita nanti masih bisa melihat ekosistem Laguna purba ubur-ubur di Pulau Kakaban sampai kapanpu. Untuk itu mari kita nikmati keunikan, keajaiban dan kecantikannya dengan cara yang smart! Mari melindungi ekosistem alami Laguna purba Pulau Kakaban dengan cara tidak berenang, snorkling dan diving di dalamnya!
Semoga Bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sunga,
Banjarmasin nan Bungas!
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H