Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

"Menabung Gula", Tradisi Sehat Finansial Selama Ramadan ala Urang Banjar

16 April 2023   23:23 Diperbarui: 17 April 2023   06:22 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menabung Gula, Menabung Sembako | @kaekaha

"Menabung Gula"

Masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan mempunyai tradisi unik untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Biasanya,  untuk memaksimalkan kualitas dan kuantitas ibadah di bulan Ramadan, para pedagang khususnya pedagang makanan atau kuliner akan tutup selama sebulan penuh. 

"Sudah cukup, sebelas bulan kita mengejar dunia, bulan Ramadan saatnya kita memaksimalkan semua ibadah kita dihadapan Allah SWT", begitulah prinsip yang dipegang sebagian besar Urang Banjar hingga saat ini.

Untuk menutupi biaya kebutuhan sehari-hari selama Ramadan, selama sebelas bulan sebelumnya biasanya mereka sudah prepare dengan menyisihkan sebagian keuntungan dari berjualan dengan cara "menabung Gula", yaitu strategi menabung dari sebagian saja nominal keuntungan dari berjualan yang  memang dimaksudkan secara khusus untuk persiapan akomodasi selama bulan ramadan sampai lebaran dihadap. (Bhs.Banjar ; yang akan datang).

Jadi, istilah menabung gula ini bukan menabung menggunakan media gula ya! Walaupun awalnya atau asal-usulnya mungkin bisa jadi memang menabung gula dalam arti yang sebenarnya untuk keperluan selama bulan Ramadan dan lebaran. Tapi menabung Gula dalam perkembangannya lebih merujuk pada tabungan sekunder yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadan dan Lebaran. 

Jenis menabung semacam ini, biasanya juga diterapkan Urang Banjar untuk keperluan berkurban di hari raya haji yang biasa disebut sebagai tabungan hewan kurban. Sepertinya ini juga yang menjadi rahasia, kenapa banyak sekali "orang-orang biasa" di Banjar bisa berkurban setiap tahunnya tanpa harus mengganggu kestabilan ekonomi keluarga, tapi justeru membawa kebahagiaan dan keberkahan bagi mereka. 

Baca Juga :  Sedapnya "Lempeng Mie Karih Daging" Khas Urang Banjar, Mau?

Biasanya, aktifitas "menabung gula" dan juga menabung hewan kurban ini digerakkan oleh komunitas atau halaqah-halaqah pengajian ibu-ibu di mushalla atau masjid, pengajian tingkat RT di kampung dan bisa juga bapak-bapak dalam gabungan rukun kematian alias rukem.

Tabungan hasil dari simpanan selama sebelas bulan sebelumnya ini biasanya akan dibagi beberapa hari sebelum memasuki bulan Ramadhan dan lebaran dalam bentuk sesuai kesepakatan. Ada yang mau menerima dalam bentuk sembako dan ada juga yang meminta dalam bentuk uang cash.

Rumus Bagi Tiga

Secara teori, konsep "menabung gula" dan juga menabung hewan korban ala Urang Banjar yang diuraikan diatas, merupakan penjabaran dari konsep keberkahan harta seperti yang diajarkan Rasulullah SAW.

Rumus mengelola harta (keuangan) yang dimaksud adalah dengan membaginya menjadi tiga bagian, sepertiga untuk sedekah, sepertiga untuk rumah tangga, dan sepertiga lagi untuk modal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun