Luar biasanya, pada fase ini gerobak bakso tidak hanya menjadi lebih fleksibel, bisa dipindah kemana saja dengan coverage area yang tentunya jauh lebih luas, tapi juga mempunyai ruang yang lebih besar, meskipun tetap jauh lebih hemat tenaga.Â
Situasi ini menjadikan kreatifitas para pedagang bakso semakin tertantang untuk terus berinovasi, salah satunya dengan melakukan diversifikasi dagangan dengan menambahkan menu baru, seperti mie ayam dan bahkan juga minuman, seperti es teh, es kelapa, es campur dan lain-lainnya denganÂ
Sepertinya, mulai dari titik ini juga para pedagang bakso dari Pulau Jawa akhirnya semakin masive melebarkan sayap ke seluruh pelosok nusantara, termasuk ke Kota Banjarmasin hingga menjadi saudagar-saudagar bakso
Setelah era gerobak dorong mulai dianggap tidak lagi efektif, sehingga mulai jarang terlihat dijalanan, kecerdasan dan kreativitas para pedagang bakso kembali dituntut untuk menciptakan alat berjualan baru yang lebih praktis, efektif dan efisien, memang prosesnya juga tidak cepat dan mudah, hingga akhirnya beberapa dekade berikutnya mulai bermunculan rombong bakso yang berjualan dengan menggunakan sepeda motor bahkan juga mobil.
Uniknya rombong bakso sepeda motor inipun bentuk dan model modifikasinya juga sangat beragam, dari yang relatif sederhana sampai yang cukup canggih.
Ada yang model becak, dimana gerobak bakso di tempatkan di bagian depan, layaknya penumpang becak pada umumnya. Ada juga yang gerobak baksonya ditempatkan di bagian belakang dengan kelengkapan kompartemen yang semakin banyak untuk berbagai keperluan yang tentunya bergantung pada kebutuhan penjual bakso ya. Keren kan kreatifitas masyarakat nusantara!?
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H