Setiap memasuki bulan Agustus, rasa-jiwa patriotisme kita terhadap bangsa dan negara Indonesia, tanah air, tanah tumpah darah kita selalu menemukan titik pasang tertingginya! Wajar saja, karena 77 tahun silam, bulan paling sakral dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia ini juga menjadi puncak dari perjuangan para pendahulu kita, para pejuang kemerdekaan untuk lepas dari belenggu penjajahan.
Baca Juga : Â Cara Enak, Simpel dan Antiribet Menikmati "Keliling Indonesia"
Sudah menjadi kewajiban kita semua, generasi penerus bangsa yang ditakdirkan hidup di era kemerdekaan, tetap meneruskan perjuangan para pahlawan! Memang bukan lagi berjuang mengangkat senjata untuk mengusir jauh-jauh penjajah dari nusantara, tapi berjuang untuk terus menggelorakan persatuan dan kesatuan Nusantara di bawah naungan NKRI. Ini yang teraktual!
Banyak jalan menuju Roma! Begitu juga jalan untuk merajut Nusantara menjadi Indonesia yang seutuhnya! Banyak rumus sederhana yang bisa kita lakukan untuk terus memupuk rasa cinta pada nusantara, Indonesia kita!
Sebagai penikmat kuliner Nusantara, khususnya ragam olahan kuliner berkuah kaldu, menjaga asa bisa keliling Indonesia, sekaligus bisa menikmati beragam kuliner dari pelosok nusantara tentu menjadi mimpi saya, sekaligus "obat kuat dan juga resep mujarab" untuk terus menjaga asa akan kecintaan pada Nusantara, Indonesia kita!
Untuk itu, berburu sekaligus mengonsumsi referensi beragam kuliner nusantara tentu menjadi "asupan sedap" yang terus saya nikmati prosesnya.Â
Tidak hanya dari sumber-sumber primer yang sudah umum, seperti televisi, website, majalah, buku, media sosial ataupun video film dokumenter, tapi belakangan saya juga sangat menikmati munculnya film-film populer nasional yang berusaha mengangkat tema alam dan budaya Nusantara, termasuk kuliner.Â
Menariknya, meskipun sebagian besar masih menjadikan "mutu manikam nusantara" ini baru sebatas latar belakang, tapi seiring dengan semakin ngetrend-nya aktifitas traveling sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat kekinian, ternyata juga berdampak pada trend kreatif produksi film nasional.
Termasuk semakin luas dan besarnya porsi ragam atraksi budaya nusantara dalam durasi film-film nasional kita, bahkan  beberapa diantaranya dengan cerdas dan menawan berhasil mengawinkan detail dan lengkapnya scene ala film dokumenter dengan kisah dramatis kehidupan yang mengalir begitu natural ala film-film populer dalam satu kesatuan rangkaian cerita film. keren kan!?
Khusus untuk film dengan tematik ragam kuliner nusantara yang didalamnya tidak hanya mengangkat kuliner sekedar makanan pengisi perut semata, tapi juga sejarah, filosofi, teknik spesifik pengolahannya, bahkan juga otentitas cara menikmatinya, maka bagaimana mungkin film-film seperti Tabula Rasa (2014) serta Aruna dan Lidahnya (2018) tidak membuat saya semakin jatuh cinta dengan nusantara, Indonesia kita!
Bagaimana tidak, dari film Tabula Rasa, peraih 4 Piala Citra Festival Film Indonesia 2014 Â yang dalam ceritanya mempertemukan budaya (kuliner) Minang dengan Papua itu saja, kita bisa menemukan rahasia sedap berbagai menu olahan khas masakan Padang seperti rendang kacabiak, gulai kepala ikan, dendeng batokok bakar lado mudo dan lain-lainnya, termasuk kuliner khas Papua papeda ikan kuah kuning.
Sedangkan dari film Aruna dan Lidahnya yang mempertemukan kembali Dian Sastro dan Nicholas Saputra ini, kita bisa menemukan puluhan kuliner tradisional nusantara yang sangat menggoda selera, terutama dari Jawa Timur dan Kalimantan Barat, sebut saja sop buntut, mie bakso, nasi goreng, keong tutut, rawon, bubur madura, campor lorjuk, soto Lamongan, ronde, rujak soto, pengkang dan bakmi kepiting Pontianak. Hayo kuliner mana yang sudah kamu coba?
Sebenarnya masih banyak film-film nasional yang di dalamnya menyisipkan "info" tentang kuliner tradisional di berbagai daerah yang kebetulan memang masuk dalam alur cerita, sebut saja kuliner nasi pecel ala Malang dalam film nasional berbahasa Jawa, Yo Wis Ben dan sate Klatak dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang juga mempertemukan Dian Sastro dan Nicholas Saputra sebagai pemeran utama atau mungkin ada lagi yang terlewat? Kalau ada infonya, bolehlah tulis di kolom komentar ya ...
Baca Juga : Â Keliling Indonesia, Menikmati Keunikan Arsitektur Masjid-masjid Tua Nusantara
Sayang, karena porsinya memang sebatas "pelengkap cerita", maka durasi dan kedalaman bahasan kuliner-kuliner tradisional ini dalam film juga sangat terbatas, sehingga relatif tidak memberi warna terhadap alur cerita film secara keseluruhan.
Hanya saja, adanya keberanian para sineas kita untuk mulai memasukkan, bahkan menggarap secara serius eksotikanya ragam budaya nusantara secara riil dalam sebuah film, jelas menjadi kabar baik untuk masyarakat nusantara dan dunia, termasuk saya, kamu dan kita semua.
Karena, bisa mengawinkan budaya tradisional dengan hiburan populer jelas bisa menjadi  cara strategis untuk melestarikan budaya nusantara, budaya kita semua yang tentunya bisa menjadi pemantik yang efektif untuk semakin membakar rasa cinta kita kepada Indonesia ... dan saya menikmatinya!
Selamat ulang tahun ke-8 buat KOMIK, semoga terus konsisten berkarya untuk memasyarakatkan semua pernak-pernik eksotisnya film  ...
Semoga bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas wan Langkar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H